Lokakarya Ilmiah Nasional: Filosofi Kajian Informasi dan Budaya Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia

Program studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia menyelenggarakan Lokakarya Ilmiah Nasional: Filosofi Kajian Informasi dan Budaya yang dilaksanakan selama dua hari pada hari Kamis dan Jumat tanggal 8-9 Agustus 2019 mulai pukul 08-00 WIB sampai 17.00 WIB di ruang 1103 Gedung 1 FIB UI. Acara dihadiri oleh beberapa mahasiswa S2 dan dosen Ilmu Perpustakaan dari berbagai Universitas di Indonesia.

Acara diawali dengan sambutan pembukaan dari Dr. Laksmi, M. A (Laporan Panitia), Wina Erwina, Ph. D (Ketua APTIP), Wiji Suwarno, M.Hum (Presiden ISIPH), dan Manneke Budiman, Ph. D. (Wakil Dekan bidang akademik, kemahasiswaan dan pengabdian kepada masyarakat FIB UI). Kemudian, acara dilanjutkan dengan foto bersama serta pemberian buku oleh Dr. Laksmi, M. A. kepada Ketua APTIP, Presiden ISIPH, serta Wakil Dekan FIB UI.

Lokakarya Ilmiah Nasional: Filosofi Kajian Informasi dan Budaya ini bertujuan untuk mengembangkan keilmuan ilmu perpustakaan. Harapannya Ilmu perpustakaan tidak lagi dipandang sebelah mata sebagai ilmu yang useless melainkan sangat useful, seperti apa yang disampaikan oleh Wiji Suwarno, M.Hum. selaku Ketua ISIPH dalam pembukaannya. Acara yang langka karena sempat dilaksanakan 12 tahun yang lalu dan pada tahun 2019 kini hadir kembali sebagai pembuktian bahwa Ilmu Perpustakaan sangat menunjukkan perkembangan cukup pesat dalam bidang penelitian- penelitian baru yang bermanfaat serta berguna bagi kajian keilmuan di Indonesia.

Pemaparan Keynote Speaker oleh Panel ke-1 yang dimoderatori oleh Dr. Rahma Sugihartati, M.Si. dibuka dengan pembicara pertama yaitu Dr. Yohanes Sumaryanto, M.Hum. yang membawakan materi tentang reduksi dunia kehidupan (Jürgen Habernas). Dilanjutkan dengan Dr. Hartono (Representasi multicultural sebagai strategi dalam pengembangan perpustakaan digital), Dr. Nurdin Laugu (Kontestasi ideology dalam pengembangan koleksi di perpustakaan UMY), Dr. Sri Rohyanti Zulaikha (“Assertive Librarian” dan tantangan perpustakaan di era revolusi industry 4.0 dalam penyediaan sumber-sumber informasi bagi pemustakaan), Dr. Agus Rusmana (Library as a Center of Social Interactions in The Digital Era), dan pemaparaan terakhir di Panel 1 Dr. Rahma Sugihartati, M.Si. sekaligus moderator membawakan materi tentang mendekonstruksi serta merekonstruksi peran pustakawan dan perpustakaan dari perspektif kritis.

Pada diskusi Panel ke-2 dengan dimoderatori oleh Kiki Fauziah, M.Hum., pemaparan dilanjutkan oleh Dr. Tri Susantari (Informasi dan Kesenjangan Gender), Dr. Nina Mayesti M.Hum. (Analisis wacana kritis dalam riset bidang ilmu perpustakaan dan informasi), Dr. Heriyanto (Ways of understanding information literacy), Dr. Luki Wijayanti (Whatsapp: Virtual Area as a Community Hub for UI Lecturers), dan Rahmi, Ph.D (A system literature review on information seeking behavior studies in Indonesia).

Di sesi Panel ke-3 yang menjadi sesi terakhir pemaparan dimoderatori oleh Wiji Suwarno, M.Hum. Dr. Mukhlis selaku pembicara pertama di panel ke-3 membawakan materi tentang Potret nilai religiositas Islam dalam tata kelola repostiori institusi. Dilanjutkan dengan Dr. Sungadi (Membangun kematangan karir pustakawan melalui kepemimpinan profetik dan kompetensi), Dr. Ade Abdul Hak (An Analysis of Integrated E-Literacy Model on Prophetic Humanization Communication Behavior), Wina Erwina, Ph.D (Pemanfaatan Sistem Informasi dan Komunikasi Kesehatan Jamak (Plural)), Tri Margono, Ph.D (Kebijakan informasi pertanian dan penyebarannya di Indonesia: komoditas pangan fungsional dan layanan penyuluh pertanian), dan Dr. Endang Fatmawati (Praktik Pemaknaan Pemustakaan Digital Natives Atas Ruang Perpustakaan). Di sesi terakhir, rangkuman dibacakan oleh Dr. Y. Sumaryanto, M.Hum.

Diskusi antar doktor dalam agenda Lokakarya Ilmiah Nasional pun dilanjutkan pada hari ke-2. Hari ke-2 merupakan agenda yang sangat penting karena dalam diskusi tersebut membahas apa yang sudah didiskusikan pada hari sebelumnya untuk mencapai titik poin utama.

Dalam sambutannya, Wiji Suwarno, M.Hum (Presiden ISIPH) menyampaikan bahwa Pustakawan masih dianggap sebagai pelaku teknis di tempat kerja. Hal tersebut perlu disampaikan kepada masyarakat bahwa pustakawan perlu didukung dari kalangan akademis, karena pustakawan mempunyai kompetensi. Dari hasil research, pustakawan bukan sebagai pegawai teknis melainkan tenaga pengajar. Bahkan kini pustakawan diberi ruang untuk penelitian, selain itu juga melakukan pengabdian masyarakat.

Memang dalam diskusi Lokakarya Ilmiah Nasional kali ini memberikan tugas penting bagi para doktor maupun pustakawan yang hadir, untuk perlu mensosialisasikan bahwasanya pustakawan tidak selalu soal teknis, dan ilmu perpustakaan bukan ilmu yang dipandang sebelah mata seperti apa yang melekat pada stigma masyarakat.

Related Posts