Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyelenggarakan diskusi publik bertema “Pilar Ekonomi Berkelanjutan Masyarakat Pesisir Banda Neira: Integrasi Arkeologi dan Budaya Maritim” pada Selasa, 21 Oktober 2025, di Auditorium Soe Hok Gie, Gedung IX Sapardi Djoko Damono, FIB UI.
Kegiatan ini turut menghadirkan para pakar dan pemangku kepentingan dari berbagai institusi untuk membahas potensi integrasi antara kajian arkeologi dan budaya maritim dalam mendukung penguatan ekonomi masyarakat pesisir di Banda Neira.
Acara diawali dengan sambutan dari Plh. Dekan FIB UI, Dr. Taufik Asmiyanto, M.Si. dan sambutan dari Prof. Dr. R. Cecep Eka Permana selaku Ketua Departemen Arkeologi FIB UI. Sesi keynote speech oleh Ir. Koswara, M.P, Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat lokal dalam mengembangkan model pengelolaan sumber daya pesisir yang berkelanjutan. Adapun narasumber lainnya yang turut mengisi diskusi antara lain Dr. Muhammad Farid, M.Sos (Rektor Universitas Banda Neira), Dr. Ali Akbar, M.Hum (Dosen Program Studi Arkeologi UI), Enggar Sadtopo, S.T., M.T (Direktur Jasa Bahari KKP), serta Dr. Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si (Dosen ESI FEM IPB University). Diskusi dipandu oleh Dian Sulistyowati, S.S., M.Hum, Dosen Program Studi Arkeologi FIB UI.Melalui forum ini, FIB UI dan KKP berupaya mendorong pemanfaatan ilmu arkeologi dan kekayaan budaya maritim sebagai landasan pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal. Diskusi juga membuka ruang bagi formulasi strategi pemberdayaan masyarakat pesisir yang tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, tetapi juga pelestarian warisan budaya dan sejarah maritim Nusantara.

Para pembicara memaparkan berbagai ide terkait potensi pengelolaan warisan budaya, peninggalan sejarah arkeologi, dan potensi ekosistem bahari Banda Neira sebagai pilar penggerak ekonomi berkelanjutan. Salah satu poin penting yang dibahas adalah bagaimana keberlanjutan pariwisata berbasis budaya dapat memberi dampak positif terhadap ekonomi lokal, sembari melestarikan kearifan lokal dan nilai sejarah yang terkandung di dalamnya. Tema utama yang diangkat juga melibatkan keberhasilan Banda Neira sebagai destinasi pariwisata yang mengintegrasikan budaya dan ekosistem laut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Diskusi juga menyoroti pentingnya pengembangan kebijakan publik yang mendukung model pariwisata berkelanjutan dan berbasis masyarakat, yang melibatkan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan komunitas lokal dalam pembangunan destinasi wisata yang ramah lingkungan.Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia telah lama menjadi salah satu institusi yang aktif dalam pengembangan ilmu arkeologi dan budaya, serta berperan dalam berbagai upaya pemberdayaan masyarakat melalui kajian ilmiah dan program-program
pemberdayaan berbasis kearifan lokal. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga memiliki komitmen tinggi dalam menjaga keberlanjutan sumber daya pesisir Indonesia, melalui kebijakan yang mendukung konservasi serta pemberdayaan masyarakat pesisir. Diskusi ini menjadi bagian dari upaya tersebut, yang bertujuan untuk menciptakan solusi inovatif dan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya pesisir Indonesia. (CA)




