Ketua Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia (UI) Output 1 untuk Melolo sekaligus Ketua Tim Pengabdian Masyarakat DPIS UI untuk Sumba Timur, Dr. Hendra Kaprisma, bertemu dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Kazakhstan dan Republik Tajikistan, Yang Mulia Dr. M. Fadjroel Rachman, di KBRI Astana, Kazakhstan pada 21 Oktober 2025.
Dalam pertemuan hangat yang berlangsung di sela kunjungan akademik dan kebudayaan tersebut, keduanya berdiskusi mengenai potensi kerja sama pengembangan ekowisata, kebudayaan, dan pemberdayaan masyarakat di Sumba Timur. Dialog ini juga membuka peluang penjajakan sister city antara salah satu kota di Kazakhstan dengan wilayah di Sumba Timur sebagai simbol kolaborasi lintas bangsa yang berakar pada semangat budaya dan kemanusiaan.
Dalam perbincangan tersebut, Dr. Hendra Kaprisma menyoroti bagaimana Sumba Timur memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa, mulai dari landskap savana yang khas, tradisi berkuda yang kuat, tenun ikat alami, hingga ritual adat yang sarat nilai kosmologis. Sumba Timur bukan hanya tempat yang indah, tetapi juga ruang belajar tentang ketahanan budaya, solidaritas, dan kemanusiaan. Semangat itulah yang dibawa ke tingkat global—memperkenalkan Sumba sebagai wajah humaniora Indonesia yang hidup, sekaligus membuka peluang jejaring kerja sama yang konkret.
Dalam paparannya, Hendra juga menekankan bahwa pendekatan Pengmas DPIS UI dan Ekspedisi Patriot UI tidak berhenti pada kegiatan sosial, tetapi diarahkan menuju model pembangunan berbasis kearifan lokal dan inovasi sosial, salah satunya melalui pengembangan ekowisata berkelanjutan dan kolaborasi pendidikan lintas negara.
Bapak Dubes RI untuk Kazakhstan dan Tajikistan H. E. Dr. M. Fadjroel Rachman berdiskusi dengan Dr. Hendra Kaprisma yang menggunakan tenun ikat Sumba Timur
Duta Besar RI untuk Kazakhstan dan Tajikistan, Dr. M. Fadjroel Rachman, menyampaikan dukungannya terhadap inisiatif UI dalam mengembangkan kawasan timur Indonesia.
Menurutnya, diplomasi kebudayaan dan pembangunan berkelanjutan adalah dua hal yang bisa berjalan beriringan dalam memperkuat posisi Indonesia di dunia. Duta Besar menyampaikan bahwa Sumba adalah bagian penting dari wajah Indonesia di mata dunia.
Upaya akademisi dan mahasiswa UI dalam memberdayakan masyarakat dan memperkenalkan kearifan lokal ke panggung internasional adalah bentuk nyata semangat NKRI yang harus kita dukung bersama. Kerja sama seperti ini akan menjadi jembatan — dari Sumba untuk dunia, dari Indonesia untuk kemanusiaan.
Dubes Fadjroel juga menyambut baik rencana eksplorasi sister city antara Sumba Timur dengan salah satu kota di Kazakhstan yang memiliki kesamaan konteks alam dan masyarakat agraris. Inisiatif ini diharapkan memperkuat diplomasi akar rumput (people-to-people diplomacy) sekaligus membuka peluang pertukaran pengetahuan, ekonomi kreatif, dan pariwisata berkelanjutan.
Delegasi UI beserta Dubes dan keluarga besar Pusat Budaya Indonesia (KBRI Astana)
Pertemuan antara Dr. Hendra Kaprisma dan Dubes Fadjroel menjadi bagian dari jalur kolaborasi pendidikan dan kebudayaan Indonesia-Kazakhstan, yang berfokus pada diplomasi berbasis nilai kemanusiaan dan keberlanjutan lingkungan. Hendra menegaskan bahwa kolaborasi lintas negara bukan hanya tentang kerja sama antar lembaga, tetapi juga tentang membangun jembatan antarperadaban. Kita semua memiliki tanggung jawab yang sama: menjaga bumi, merawat manusia, dan menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan. Sumba menjadi ruang belajar yang sangat berharga bagi kita semua, dan dengan dukungan penuh Dubes dan seluruh pihak, Sumba akan menjadi inspirasi bagi dunia.
Program Ekspedisi Patriot UI merupakan inisiatif lintas disiplin yang dikoordinasikan oleh Kementerian Transmigrasi Republik Indonesia, di bawah komando Menteri Transmigrasi Bapak Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara. Kementrans RI bekerja sama dengan Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Sosial (DPIS) Universitas Indonesia, bertujuan untuk memberdayakan masyarakat di kawasan transmigrasi melalui pendekatan berbasis riset, budaya, dan inovasi sosial. Lokus Melolo di Sumba Timur menjadi salah satu model pengembangan humaniora terapan bagi mahasiswa, dosen, dan masyarakat lokal untuk dapat berkolaborasi membangun ketahanan sosial, ekonomi, dan budaya. (Hendra Kaprisma)




