Cerita Mahasiswa: Meniti Jalan Budaya Lewat Sastra Rusia dan Diplomasi Seni

Bagi Azmita Putri Sherlian, mahasiswi Sastra Rusia FIB UI angkatan 2022, perjalanan akademiknya bukan hanya tentang menghafal kosakata atau menulis makalah panjang mengenai Dostoyevsky. Baginya, ilmu tidak boleh berhenti di kepala, melainkan harus mengalir dalam sikap, tindakan, dan cara memandang dunia.

Ketika namanya diumumkan sebagai perwakilan Program Studi Rusia dalam ajang Mahasiswa Berprestasi tahun 2025, Azmita merasakan seolah sedang menatap cermin dan melihat versi dirinya yang telah lama ia kejar. Bukan versi yang sempurna, melainkan sosok yang berani belajar, mencoba, dan terus melangkah meski sering diliputi keraguan.

Bahasa Rusia selalu memberinya rasa kagum, namun proses mendalami bahasa tersebut juga mengajarkan keberanian untuk bersuara. Dulu, berbicara di depan umum terasa seperti beban. Lidahnya sering tak sejalan dengan pikiran, keyakinannya pun mudah goyah. Namun, melalui pengalaman kecil seperti bekerja paruh waktu sebagai MC, menjajakan produk sebagai sales, hingga magang di balik layar, Azmita perlahan belajar menyapa dunia. Obrolan dengan orang asing dan percakapan spontan dengan penutur asli Rusia melatihnya memahami bahwa keberanian lahir dari kesempatan-kesempatan kecil yang tidak ia hindari. Maka ketika kesempatan besar datang, seperti memoderatori diskusi publik bersama Kedutaan Besar Rusia di Indonesia, ia tidak lagi mempertanyakan kemampuannya.

Kecintaannya pada seni juga menjadi bagian penting dalam perjalanannya. Sejak kecil ia gemar bernyanyi, dan ketika mulai belajar bahasa Rusia, ia memadukannya dengan musik. Ia menyanyikan lagu-lagu Rusia, merekam, lalu membagikannya di media sosial. Perjalanan ini membawanya pada pengalaman luar biasa, yakni menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia dalam proyek video musik internasional “Священная война(The Sacred War) yang digagas Russia Today untuk memperingati 80 tahun Hari Kemenangan Rusia. Bernyanyi bersama penyanyi dari berbagai negara membuatnya merasa menjadi bagian dari jembatan budaya lintas bangsa.

Kecintaan tersebut ia melanjutkan melalui teater di Malenkij Russkij Teatr (MalRus Teater), teater Rusia pertama di Indonesia. Di sana, ia berperan sebagai aktris sekaligus melatih vokal. Salah satu perannya adalah membawakan lagu berbahasa Jerman yang ia terjemahkan sendiri ke dalam bahasa Rusia agar tetap sesuai dengan jiwa pertunjukan. Tantangan bernyanyi dalam dua bahasa asing di panggung ia hadapi dengan keyakinan bahwa seni selalu membentuk keberanian.

Azmita juga dua kali tampil sebagai penyanyi dalam Festival Seni Rusia yang diselenggarakan Kedutaan Besar Rusia dan Rumah Rusia. Dari panggung itu, ia mulai terhubung dengan diplomat dan seniman yang memperluas wawasannya. Momen ini menjadi titik balik bahwa minat pribadi bisa berkembang menjadi kontribusi nyata.

Selain itu, ia aktif dalam himpunan mahasiswa Sastra Rusia, mengembangkan konten literasi budaya dan sejarah dengan pendekatan komunikatif dan edukatif. Ia selalu terbuka ketika ada yang bertanya atau berdiskusi tentang Rusia, baik secara langsung maupun melalui media sosial, karena baginya pengetahuan harus tumbuh di ruang yang saling menyemangati.

Dalam ajang Mahasiswa Berprestasi, Azmita menulis karya ilmiah tentang kopi Gayo dan pendekatan sociopreneur berbasis budaya lokal. Baginya, kopi adalah simbol bahwa hal kecil yang kita nikmati menyimpan kerja keras dan nilai-nilai besar. Dari proses ini, ia belajar bahwa pencapaian tak mungkin diraih sendiri. Ia bersyukur dikelilingi dosen yang tidak hanya mengajar, tetapi juga menuntun dengan ketulusan, menanamkan dedikasi, dan percaya pada potensinya.

Pada Agustus 2025, ia mengikuti Forum Pendidikan Pemuda “SHUM” (Всероссийский образовательный форум «ШУМ») di Kaliningrad, Rusia. Di forum ini, ia bergabung dengan perwakilan muda dari berbagai negara untuk membicarakan gagasan, budaya, dan masa depan generasi global. Bagi Azmita, kesempatan ini bukan sekadar mewakili negara atau jurusan, melainkan membawa semangat belajar dan keterbukaan dalam ruang-ruang dialog internasional.

Ia percaya, jika seseorang mencintai apa yang dipelajari dan menjalaninya dengan hati, maka akan ditemukan makna yang jauh lebih besar daripada sekadar nilai akademik. Seperti pepatah Rusia berkata, “Без труда не вытащишь и рыбку из пруда” — tanpa usaha, bahkan ikan pun tak bisa ditangkap dari kolam. (APS)

Related Posts