Simposium FIB UI–TETO Mengkaji Transnasionalisme, Transformasi Digital, dan Identitas Migran

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), bekerja sama dengan Taipei Economic and Trade Office (TETO) di Jakarta, sukses menyelenggarakan Simposium Hibrida Internasional bertema “Transnationalism, Digital Transformations, and Migrant Identities: Navigating Religious Practices and Cultural Belonging”. Acara ini menandai agenda FIB UI–TETO yang telah berjalan selama 3 tahun dan menjadi tonggak penting dalam memajukan penelitian bersama juga kolaborasi akademis antara Indonesia dan Taiwan. Simposium ini dihadiri 108 peserta dalam sesi tatap muka dan 25 peserta daring yang mengikuti tiga sesi pleno dan dua sesi presentasi paralel.

Pada pembukaan simposium, Dr. Untung Yuwono, selaku Plh. Dekan merefleksikan perkembangan kemitraan ini. Dalam dua tahun pertama kerja sama antara TETO dan FIB UI, fokusnya adalah pada pengajaran dan pembelajaran. FIB UI dan TETO memetakan isu-isu penting melalui serangkaian pertemuan dan webinar, juga mengumpulkan dan menganalisis data. Kini, di tahun ketiga, kegiatan berfokus pada pelaksanaan penelitian bersama tentang ‘Digital Culture Flow di Taiwan dan Indonesia’. Tim FIB UI mempresentasikan temuannya kepada khalayak yang lebih luas melalui simposium ini dan sedang mempersiapkan publikasinya.

Mewakili TETO, Grace Ou, Direktur Divisi Pendidikan, menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi ini dan perannya dalam memperkuat hubungan akademik bilateral. Dr. Sisilia Setiawati Halimi, selaku Ketua Simposium, juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada TETO yang telah memberikan kesempatan bagi para dosen FIB UI untuk melakukan penelitian bersama dengan akademisi Taiwan. Penelitian ini melibatkan pekerja migran Indonesia di Taiwan dan mengeksplorasi beragam perspektif tentang praktik keagamaan dan cultural belonging dalam konteks transnasional. Hasil penelitian akan segera diterbitkan dalam bentuk artikel jurnal.

Sesi pleno pertama menampilkan Dr. Thomas Syuan-yuan Chiou dari National Chengchi University, yang menyampaikan presentasi berjudul “Faith in Transition: Islamic Schooling, Border-Crossing Muslim Motherhood, and the Pursuit for Muslim Children’s Educational Autonomy in Taiwan.” Dr. Chiou mengeksplorasi bagaimana para ibu Muslim di Taiwan menavigasi budaya sekuler negara tersebut sambil mempertahankan identitas agama mereka, juga memastikan bahwa anak-anak mereka menerima pendidikan Islam di tengah lingkungan yang mayoritas non-Muslim.

Dalam sesi pleno kedua, Dr. Rostineu dari Universitas Indonesia memaparkan materi “Digital Media and Religious Engagement: Framing the Religious Identities and Expressions of Indonesian Female Migrant Workers in Taiwan.” Dr. Rostineu menyoroti peran penting platform digital dalam membantu perempuan Muslim Indonesia, yang merupakan mayoritas tenaga kerja migran Indonesia di Taiwan dalam mempertahankan nilai-nilai keagamaan mereka, memelihara keamanan komunitas, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Taiwan.

Sesi pleno ketiga disampaikan oleh Annisa R. Beta, Ph.D. dari University of Melbourne, dengan judul “Pursuing Knowledge While Pious: Epistemic Positioning and Mobility of Indonesian Muslim Women Scholars.” Dr. Beta mengkaji perjalanan hidup para perempuan Muslim Indonesia yang berkeahlian tinggi dalam menempuh pendidikan di luar negeri, dengan fokus pada bagaimana mereka menyeimbangkan aspirasi intelektual dengan pendidikan agama, kesopanan, dan norma gender yang membentuk identitas mereka.

Acara ditutup dengan diskusi panel yang memantik pertanyaan dari para peserta simposium. Prof. Manneke Budiman (Universitas Indonesia), selaku moderator, menghadirkan ketiga pembicara utama. Sesi diskusi pamungkas ini menggali lebih dalam persimpangan antara keyakinan agama, adaptasi budaya, dan identitas migran dalam masyarakat sekuler. Para narasumber menawarkan perspektif yang kaya tentang bagaimana individu dan komunitas menavigasi isu yang kompleks ini.

 

Menutup acara, Dr. Rahadjeng Pulungsari Hadi, Ketua Tim Studi Taiwan TETO, menekankan bahwa simposium ini merupakan bukti kekuatan kerja sama internasional dan kolaborasi akademis. Melalui simposium ini, FIB UI dan TETO menegaskan kembali komitmen mereka untuk mendorong kolaborasi ilmiah lintas batas. Selain itu, kegiatan yang diselenggarakan berkontribusi pada pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas migrasi, agama, dan cultural belonging di era digital.

Related Posts