FIB UI Tegaskan Peran Strategis Humaniora Lewat Paparan Dekan dalam SEA-HUDS 2025 di Thailand

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) menegaskan peran strategis humaniora dalam menjawab tantangan sosial kontemporer Asia Tenggara melalui partisipasinya dalam The First Southeast Asian Humanities Dean Summit (SEA-HUDS) 2025 yang diselenggarakan di Chulalongkorn University, Thailand, pada 25 Juli 2025. Dalam forum bergengsi ini, Dekan FIB UI, Dr. Bondan Kanumoyoso, menyampaikan presentasi bertajuk “The Humanities and Public Engagement in Indonesia: Responding to Southeast Asia’s Contemporary Challenges.”

Paparan ini menyoroti bagaimana FIB UI secara aktif mengembangkan pendekatan humaniora yang berorientasi pada masyarakat luas, dengan menjadikan keterlibatan publik sebagai inti dari praktik akademik. Di tengah transformasi sosial dan disrupsi teknologi yang terjadi di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara, FIB UI menawarkan empat pendekatan utama yang menunjukkan relevansi dan dampak nyata humaniora dalam kehidupan publik.

Pertama, dalam ranah wacana publik dan media, FIB UI membentuk digital storytelling lab untuk mendorong mahasiswa mengemas hasil riset menjadi konten edukatif dalam bentuk video, podcast, dan kampanye visual yang mudah diakses masyarakat. Proyek-proyek seperti dokumentasi warisan komunitas Betawi dan Tionghoa di Jakarta menunjukkan bagaimana pengetahuan akademik dapat membentuk narasi publik yang lebih inklusif dan reflektif.

Kedua, FIB UI mempraktikkan riset partisipatif yang melibatkan komunitas sebagai mitra aktif, bukan sekadar objek studi. Contohnya adalah kolaborasi dengan komunitas di Sulawesi Selatan untuk mendokumentasikan ulang epik Ila Galigo, serta kerja sama dengan komunitas Tugu di Jakarta Utara untuk melestarikan bahasa yang hampir punah. Pendekatan ini memperkuat relasi antara universitas dan masyarakat serta menciptakan pengetahuan yang lebih kontekstual dan bermakna.

Ketiga, dalam bidang pelestarian budaya, FIB UI mengembangkan kluster riset yang bekerja bersama masyarakat lokal dan pemerintah daerah, khususnya di kawasan Indonesia Timur, untuk mengangkat potensi kultural sekaligus membangun model pelestarian yang berkelanjutan dan relevan dengan kehidupan modern.

Keempat, FIB UI secara aktif menjembatani dunia akademik dan ranah kebijakan publik melalui kerja sama dengan kementerian, lembaga hukum, dan sektor kesehatan. Inisiatif seperti pembaruan kurikulum sejarah nasional dan peningkatan akses layanan untuk penutur bahasa lokal menunjukkan bahwa humaniora dapat berkontribusi langsung terhadap kebijakan yang adil dan inklusif.

Dalam presentasinya, Dr. Bondan menegaskan bahwa humaniora bukanlah disiplin yang terasing dari kenyataan, melainkan ruang reflektif yang mampu membentuk pertanyaan-pertanyaan etis dan inklusif yang dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan publik. Ia menutup paparannya dengan seruan kolaboratif kepada para dekan dan akademisi di Asia Tenggara untuk membangun model humaniora yang terlibat secara sosial, responsif secara budaya, dan terkoneksi secara global.

 

Keikutsertaan FIB UI dalam forum ini juga memperkuat posisinya sebagai fakultas humaniora dengan reputasi internasional, seiring dengan capaian FIB UI tahun ini yang berhasil meraih peringkat tertinggi dalam berbagai forum pemeringkatan dunia. Melalui paparan ini, FIB UI memperlihatkan komitmennya dalam menjadikan humaniora sebagai kekuatan transformasional untuk menjawab tantangan zaman dan membangun masa depan kawasan yang lebih berkeadaban.

SEA-HUDS 2025 diselenggarakan dalam semangat kemitraan dan komitmen bersama terhadap nilai-nilai humaniora. Diskusi dalam forum ini terbagi dalam empat tema utama: pembaruan kurikulum humaniora di Asia Tenggara, promosi agenda riset dan kolaborasi regional, peran humaniora dalam keterlibatan publik, serta masa depan humaniora di era kecerdasan buatan. Melalui forum ini, para peserta berupaya membangun kerangka kerja sama jangka panjang antarinstitusi di kawasan dan menegaskan kembali pentingnya humaniora sebagai pilar integrasi regional dan pembangunan berkelanjutan. Forum ini merupakan pertemuan perdana para dekan dan pemimpin akademik dari berbagai universitas terkemuka di Asia Tenggara untuk bertukar gagasan dan merancang kerja sama masa depan di bidang humaniora. (CA)

 

Related Posts