Prof. Melani Budianta, M.A., Ph.D., Guru Besar FIB UI Penerima Penghargaan Cendekiawan Berdedikasi 2025

Prof. Melani Budianta, M.A., Ph.D., Guru Besar Purnadinas dalam bidang Ilmu Susastra di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), dan Dosen Prodi Inggris,, dikenal sebagai sosok cendekiawan yang setia menyuarakan nilai-nilai keadilan, keberagaman, dan kemanusiaan dari ruang-ruang yang senyap. Selama 44 tahun mengabdi di dunia akademik, Melani tidak hanya dikenal sebagai pakar sastra, tetapi juga sebagai aktivis intelektual yang konsisten menggunakan ilmunya untuk menyuarakan suara-suara yang kerap terpinggirkan.

Penghargaan Cendekiawan Berdedikasi 2025 diberikan oleh Harian Kompas kepada Melani Prof. Melani Budianta, M.A., Ph.D. yang menyampaikan pandangannya melalui beberapa karya sastra. Penghargaan ini adalah bentuk pengakuan atas dedikasinya yang panjang dan senyap. Ia menjadi pengingat bahwa suara paling tulu s seringkali tidak terdengar lantang, tetapi mampu menggugah nurani bangsa.

Sebagai akademisi yang mendalami kajian sastra, gender, dan poskolonial, Melani Budianta meyakini bahwa sastra memiliki peran strategis dalam membangun imajinasi bersama dan kesadaran kolektif, khususnya dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia. Ia percaya bahwa kemampuan membayangkan dan menghayati keberagaman adalah hal yang mendasar untuk menjaga keutuhan bangsa. Melalui karya sastra, ia menyoroti ketidakadilan sosial dan menyuarakan penderitaan kelompok yang sering diabaikan penguasa.

Sumber: Youtobe Kompastv

Salah satu kontribusinya yang paling dikenang adalah perannya dalam mendirikan “Suara Ibu Peduli”, sebuah gerakan perempuan yang muncul di tengah krisis ekonomi dan politik menjelang Reformasi 1998. Aksi “Politik Susu” yang mereka lakukan menjadi simbol perlawanan terhadap kebijakan ekonomi yang menyengsarakan perempuan dan anak-anak. Gerakan ini menjadi contoh nyata bagaimana seorang akademisi dapat berperan langsung dalam perubahan sosial.

Melani Budianta bukanlah sosok yang mencari sorotan. Ia bersuara dari kesunyian—dari ruang kelas, tulisan, dan forum ilmiah—namun suara itu jernih, tegas, dan bermakna. Ia mengingatkan bangsa ini akan pentingnya memelihara memori kolektif melalui tradisi lisan, manuskrip, dan seni pertunjukan sebagai sarana memperkuat kebersamaan.

Sumber: Youtobe: Kompastv

Penghargaan Cendekiawan Berdedikasi Kompas merupakan penghargaan yang digagas oleh Jakob Oetama mulai tahun 2008, yang diberikan khusus bagi para ilmuwan yang berdedikasi melayani kepentingan masyarakat melalui keahlian mereka. Para cendekiawan terpilih telah berbagi ide, gagasan, dan inovasi yang dituangkan melalui artikel dan kolom di berbagai media, sehingga mereka memiliki peran mendidik masyarakat, memberikan wawasan kritis yang membantu mencari pemecahan berbagai permasalahan kontemporer di Indonesia.

Penghargaan Kompas Cendekiawan Berdedikasi ini merupakan bentuk apresiasi atas dedikasi, ketekunan, dan komitmen para ilmuwan yang diharapkan menjadi dorongan untuk senatiasa menjadi “mercusuar pengetahuan” yang berani berbicara, mengkaji dan mempelajari demokrasi, dengan tetap menjunjung tata krama dan tujuan luhur demi kemajuan Indonesia. (RMRW)

Related Posts