Pengukuhan Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Prof. Dr. Apipudin

Depok, 26 Februari 2025 – Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Prof. Dr. Apipudin dikukuhkan menjadi Guru Besar dalam ranting ilmu/kepakaran Sejarah Islam dan Arab pada hari Rabu, 26 Februari 2025, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi tertanggal 22 November 2024 nomor 136823/M/07/2024 tentang kenaikan jabatan akademik/fungsional dosen. Prof. Apipudin menjadi guru besar ke-17 yang dikukuhkan di tahun 2025.

Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) dan Nasionalisme Islam pada Era Awal Orde Baru (1968-1970)”, Prof. Apipudin menjelaskan bahwa Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) telah menjadi bagian integral dari penguatan solidaritas nasional di Indonesia, terutama pada awal pemerintahan Orde Baru. MTQ pertama kali diselenggarakan pada tahun 1968 di Makassar dan menjadi langkah strategis pemerintahan Presiden Suharto untuk memperkuat hubungan dengan komunitas Muslim di Indonesia pasca peristiwa G30S/PKI 1965.

Pemerintah Orde Baru menyadari pentingnya Islam dalam membangun kesatuan bangsa di tengah ancaman ideologi komunisme yang merongrong stabilitas politik. Festival MTQ pertama di Makassar berhasil mengumpulkan para pembaca Quran (qari dan qariah) dari seluruh penjuru Indonesia. Semarak festival ini juga menjadi simbol upaya pemerintah untuk mempromosikan Islam sebagai bagian dari identitas nasional yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.

Menteri Agama saat itu, K.H. Mohammad Dahlan, membuka MTQ pertama dengan membacakan pesan Presiden Suharto yang menyerukan pentingnya umat Islam dalam mendukung pembangunan bangsa berdasarkan ajaran Quran. Dalam acara MTQ kedua di Bandung pada tahun 1969, pesan serupa disampaikan oleh Ketua MPRS Jenderal A.H. Nasution, yang menekankan agar Quran tidak hanya dibaca, tetapi juga diamalkan.

MTQ nasional ketiga yang digelar di Banjarmasin pada tahun 1970 turut mengokohkan posisi Islam dalam ranah publik dengan partisipasi luas dari masyarakat dan disiarkan secara langsung melalui Radio Republik Indonesia (RRI). Dukungan media pemerintah ini menjadi instrumen penting dalam memperluas jangkauan pesan-pesan religius yang diusung MTQ.

MTQ juga menjadi ajang bagi Indonesia untuk berpartisipasi dalam MTQ internasional di Malaysia. Kompetisi ini tidak hanya mempererat hubungan bilateral antara kedua negara, tetapi juga menegaskan peran Islam dalam melawan pengaruh komunisme di Asia Tenggara.

Festival MTQ tidak hanya berfungsi sebagai ajang keagamaan, tetapi juga sebagai simbol politik untuk merangkul elemen Islam dalam upaya pembangunan nasional. Orde Baru memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat kesatuan nasional dan menciptakan sinergi antara Islam dan nasionalisme dalam konteks Perang Dingin.

Tema yang diangkat dalam orasi ilmiah pengukuhan guru besar ini sesuai dengan latar belakang Prof. Apipudin sebagai Dosen di Departemen Ilmu Sejarah FIB UI. Selain itu, ia juga merupakan pengajar Program Studi Arab FIB UI. Ia menamatkan S1 di Program Studi Sastra Arab Universitas Indonesia pada tahun 1986 dan melanjutkan studi dalam bidang Ilmu Linguistik di Universitas Indonesia selama periode 1993-1996. Gelar Doktor diperolehnya di tahun 2008 dalam pengkajian Islam kekhususan sejarah dan kebudayaan Islam di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Prof. Apipudin menjabat sebagai sekretaris Program Studi Arab FIB UI tahun 2008-2012 dan Ketua Program Studi Arab FIB UI tahun 2016 – 2020. Beberapa karya tulis yang pernah diterbitkan dalam lima tahun terakhir di jurnal terindeks Scopus, antara lain“Origin of Islamophobia in Europe: A Case Study of Hungary” pada Journal of Islamic Thought and Civilization (2024), “Renewed Islamic Movement in The Press: Case Study Of “Ruangan Agama” Rubric In Indonesia Raya Newspaper (1949-1955)” pada Journal of Indonesia Islam (2024), dan “Tracing Back The Causes Of The Indonesian Islamic State (NII) Rebellion in West Java, Aceh, And South Sulawesi (1949-1965)”pada Russian Law Journal (2023).

Ucara pengukuhan Prof. Apipudin dilaksanakan bersama dengan dua guru besar lainnya, yaitu Prof. Dr. rer. nat. Mufti Petala Patria, M.Sc., dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Prof. Dr. Drs. Sutanto Priyo Hastono, M. Kes. dari Fakultas Kesehatan Masyarakat. Pengukuhan guru besar Prof. Apipudin turut dihadiri oleh Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. U. Maman Khalilurrahman dan Prof. Dr. Didin S. Buchari; Wakil Rektor Bidang Kerja sama dan Bisnis Universitas Negeri Jakarta, Dr. Andy Hadiyanto, M.A.; Direktur PT. CB Vator Pacific, Ir. Juhari; Ketua Yayasan Masjid Al-Muhajirin; Pusat Polisi Militer Angkatan Darat (PUSPOMAD), Mayor CPM H. Basari; Dekan FIB UI periode 2004 – 2008, Prof. Dr. Ida Sundari Husen

Related Posts