Pada Kamis (9/1), Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia menyelenggarakan Seminar “Train Culture: Tokyo’s Experience and Jakarta’s Potential” di Auditorium Gedung X FIB UI, Kampus UI Depok. Pembicara adalah Arai Kenichiro, Ph.D., Associate Professor, Faculty of Urban Innovation, Asia University, Tokyo, Japan.
Seminar yang dihadiri oleh dosen dan mahasiswa FIB UI juga para mahasiswa program pertukaran dari Asia University Jepang ini dibuka dengan kata sambutan dari Ibu Eva Latifah, Ph.D. selaku Manajer Kerja Sama dan Ventura FIB UI.
Pada sesi paparannya, Arai Kenichiro menyampaikan pentingnya train culture dan mengajak partisipan untuk memikirkan bersama bagaimana mengembangkan budaya tersebut di Jakarta sebagai kawasan metropolitan. Kenichiro Arai membahas Tokyo dan Jakarta yang berada pada generasi yang berbeda. Tokyo mengembangkan sebagian besar jaringan perkeretaapian pada paruh pertama abad 20 saat kendaraan pribadi belum menjadi pesaing serius moda transportasi, sementara Jakarta baru memulai upaya serius perbaikan jaringan kereta komuter pada abad 21, ketika dampak negatif dari kendaraan pribadi pada perkotaan sudah parah.
Selain itu juga dibahas beberapa proyek TOD (Transit-Oriented Development) di Jabodetabek dengan menyoroti bahwa dalam banyak kasus, pembangunan fisik stasiun yang terintegrasi belum berdampak positif secara ekonomi bagi aktivitas komersial di luar stasiun.
Untuk itu, supaya menarik lebih banyak pengguna transportasi publik harian, pengembangan fisik transportasi umum perlu didukung dengan pemberdayaan budaya kereta (train culture). Berdasarkan contoh di Tokyo, beberapa ide dan usulan yang dapat diterapkan antara lain pemanfaatan ruang di bawah jalur layang KAI (Gondangdia-Gambir), mengusulkan rute jalan-jalan bagi mahasiswa (Blok M-Pasar Mayestik), dan perbaikan serta pemanfaatan maksimal maskot KAI (Raina) atau menciptakan karakter baru untuk setiap jalur KRL Jabodetabek.