Dalam upaya memperkuat kesadaran dan penghargaan terhadap sejarah serta warisan kota Depok, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (PPKB FIB UI) dan Lintas Alumni Nusantara Bersatu (LANB) mengadakan diskusi terbuka bertajuk “Kota Depok: Memori Kolektif dan Heritage.” Acara ini berlangsung pada Rabu, 31 Juli 2024 bertempat di Auditorium Gedung 1, kampus FIB UI, Depok.
Acara ini bertujuan untuk menggali dan memahami memori kolektif masyarakat Depok serta warisan budaya dan sejarah yang melekat pada kota ini. Melalui diskusi ini, diharapkan masyarakat dapat lebih mengenal sejarah Depok, merawat serta melestarikan warisan yang ada sebagai bagian dari identitas kota. Diskusi ini dimoderatori oleh Prof. Zeffry Alkatiri, Guru Besar FIB Universitas Indonesia.
Acara ini dimulai pada pukul 09.00 WIB dengan pembukaan oleh Dr. Bondan Kanumoyoso S.S., M.Hum selaku Dekan FIB Universitas Indonesia. Dekan FIB UI yang juga merupakan seorang sejarawan menyampaikan pentingnya menjaga dan memanfaatkan warisan sejarah dan budaya Kota Depok, yang memiliki sejarah panjang sejak masa kolonial Belanda dan kaya akan keragaman budaya. Diskusi ini diharapkan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian warisan budaya Depok, serta memperkuat kesadaran akan pentingnya memori kolektif sebagai simbol pluralisme dan toleransi.
Setelah pembukaan dan penyambutan dari Dekan FIB UI, acara dilanjutkan dengan narasumber pertama, yaitu Boy Loen, Kepala Bidang Sejarah Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC). Beliau menjelaskan sejarah awal sampai akhir serta biografi Cornelis Chastelein. Cornelis Chastelein dikenal sebagai seorang tuan tanah yang memiliki perkebunan luas di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Depok, Jawa Barat. Chastelein adalah seorang yang dermawan dan memiliki perhatian besar terhadap kesejahteraan budak-budaknya. Cornelis Chastelein mendirikan Depok dengan membawa 150 budak dari Bali untuk mengolah lahan pertanian dan perkebunan. Ia mengajarkan mereka baca-tulis, peribadatan Kristiani, dan cara hidup bermasyarakat. Setelah wafat, ia mewariskan tanah Depok kepada budak-budaknya. Hari wafatnya, 28 Juni, diperingati sebagai Hari Depok, yang pada tahun 2024 merupakan peringatan ke-310 tahun.