Konsepsi Jawa ideal pada abad XIX menempatkan raja sebagai patron. Kelahiran karya sastra, khususnya babad pada abad XIX, disesuaikan dengan kebutuhan penguasa yang sedang mengalami krisis politik akibat semakin kuat dominasi kolonialisme Belanda. Raja sebagai patron memiliki wewenang akarya sastra, menginisiasi penulisan karya sastra, untuk mengatur kehidupan masyarakat. Perkembangan susastra babad pada abad XIX digunakan...Read More