Persoalan identitas suku minoritas Ainu menarik perhatian masyarakat Jepang seiring dengan terlihat dari banyaknya narasi mengenai identitas Ainu yang dihadirkan ke dalam karya sastra sejak masa Ainu boom pertama hingga kedua. Dari beberapa teks sastra yang mengangkat persoalan Ainu, dipilih tiga teks dari tiga zaman yang berbeda, yaitu Mori to Mizuumi no Matsuri (MMM), Ainu no Ishibumi (AI), dan Jakka Dofuni Umi no Kioku no Monogatari (JDUKM). Dalam ketiga teks ini, persoalan konstruksi identitas Ainu muncul sebagai narasi dominan yang disertai dengan hadirnya narasi perlawanan sebagai resistensi dari Ainu terhadap superioritas Jepang.
Dari persoalan tersebut, Sdr. Wawat Rahwati menelaahnya dalam disertasinya yang berjudul “Peliyanan dan Perlawanan Ainu dalam Novel Mori to Mizuumi no Matsuri (1958), Ainu no Ishibumi (1980), dan Jakka Dofuni Umi no Kioku no Monogatari (2016)”. Ia berhasil mempertahankan materi disertasinya pada Jumat, 14 Juli 2023 di Auditorium Gedung IV, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Sidang ini diketuai oleh Prof. Dr. Agus Aris Munandar, M.Hum. dengan anggota yang terdiri dari Prof. Dr. Lilawati Kurnia, S.S., M.A. sebagai Promotor, Dr. Suma Riella Rusdiarti, S.S., M.Hum. sebagai Ko-Promotor, dan tim penguji yang terdiri dari Dr. Turita Indah Setyani, S.Sn., M.Hum. (Ketua Penguji), Dr. Kazuko Budiman, Dr. Seno Gumira Ajidarma, S.Sn., M.Hum., Rouli Ester, S.S., M.Si., M.A., Ph.D., dan Lily Tjahjandari, S.S., M.Hum., Ph.D. Dari sidang ini, Sdr. Wawat mendapatkan Yudisium sangat memuaskan dengan IPK 3.58.
Dalam disertasinya, Sdr. Wawat berusaha menjawab dua pertanyaan, yaitu (1) Bagaimana identitas Ainu dikonstruksi dalam teks MMM, AI, dan JDUKM? (2) Bagaimana resistensi Ainu diperlihatkan di dalam ketiga teks sebagai narasi perlawanan terhadap konstruksi identitas Ainu yang dibangun oleh masyarakat Jepang?
Terdapat beberapa temuan yang diperlihatkan dalam ketiga teks tersebut. Temuan pertama, terungkapnya pengukuhan superioritas dan dominasi Jepang terhadap Ainu sebagai kelompok inferior dan diliyankan dalam teks MMM yang tampak pada konstruksi identitas Ainu yang direpresentasikan sebagai primitif yang eksotis dan barbar. Temuan kedua, terungkapnya gagasan dalam AI sebagai teks yang mengkritisi dan menggugat konstruksi identitas Ainu dalam MMM dengan menghadirkan Ainu sebagai ‘self’ yang bersuara menarasikan berbagai peristiwa kolonial berdasarkan fokalisasi tokoh Ainu yang merujuk pada Kayano Shigeru. Temuan ketiga, terungkapnya JDUKM sebagai teks yang menyarakan pembelaan terhadap Ainu sebagai suku minoritas dengan memberi ruang, namun secaar bersamaan membungkam suara mereka sebagai strategi untuk mengukuhkan superioritas Jepang atas Ainu.
Atas keberhasilannya ini, Wawat Rahwati menjadi Doktor ke-419 FIB UI dan merupakan Doktor ke-4 dari Program Studi Ilmu Susastra yang lulus di FIB UI pada tahun ini.