Program Studi Pascasarjana Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), pada Selasa (10/01/2023) meluluskan seorang Doktor yaitu Huddy Husin dengan disertasi berjudul “Adaptasi Etnis Tionghoa Palembang dalam Mempertahankan Eksistensi 1905-1950”. Sidang dilaksanakan di Auditorium Gedung I FIB UI, dipimpin oleh Prof. Dr. Agus Aris Munandar serta dihadiri oleh Prof. Dr. Djoko Marihandono (Promotor), Dr. Didik Pradjoko, M.Hum (Kopromotor 1), Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum (Kopromotor 2), Dr. Abdurakhman (Ketua Tim Penguji), Dr. Tundjung (Anggota penguji), Dr. Priyanto Wibowo (Anggota penguji), dan Dr. Dwi Mulyatari (Anggota penguji).
Disertasi Sdr. Huddy Husin membahas tentang prosesual adaptasi etnis Tionghoa Palembang dari masa kolonial (1905) hingga pembubaran Lembaga Vreemdeoosterlingen 1950 pasca Konferensi Meja Bundar. Pendekatan adaptasi dari W. Bennet digunakan untuk melihat proses adaptasi sosial etnis Tionghoa Palembang dalam setiap masa penguasa yang berbeda. Penelitian ini menemukan bahwa kelompok etnis Tionghoa Palembang mampu beradaptasi dan mempertahankan eksistensinya di Palembang. Tercatat bahwa proses adaptasi tersebut berlangsung sejak masa Kerajaan Sriwijaya dan semakin mengkristal pada masa Kesultanan Palembang. Segi budaya dan fleksibilitas dalam aspek religi etnis Tionghoa di Palembang memainkan peran penting, baik sebagai katalisator maupun mempermudah untuk berdinamika dalam ruang Palembang. Melalui integrasi keagamaan kelompok etnis Tionghoa membangun sarana/lembaga pernikahan dengan masyarakat lokal sejak masa Kerajaan Sriwijaya, hingga masa Kesultanan Palembang. Kebudayaan etnis Tionghoa yang berasal dari negeri leluhur ternyata memiliki sedikit kemiripan dengan kebudayaan Melayu-Islam Palembang milik masyarakat lokal, sehingga mampu berpadu tanpa terjadi friksi atau konflik. Tradisi Ceng Beng yang berpadu dengan tradisi ziarah kubur (Kubro) milik etnis Tionghoa Palembang, terserapnya bahasa Tionghoa ke dalam bahasa Melayu di Palembang, hingga aspek kuliner (Pempek) yang kemudian menjadi representasi kuliner bersama sebagai identitas kota Palembang menunjukkan bagaimana kemampuan etnis Tionghoa di Palembang.
[Best_Wordpress_Gallery id=”325″ gal_title=”Promosi Doktor Ilmu Sejarah Sdr. Huddy Husin”]
Dalam penelitiannya Sdr. Huddy Husin menggunakan metode penelitian sejarah, sehingga dalam prosesnya menggunakan arsip, surat kabar, dan karya yang ditulis sezaman dengan periode pembahasan penelitian. Penelitian ini menggunakan arsip Memorie van Overgave Residen Palembang, Algemeene Secretarie, Regeerings-Almanak voor Nedelandsche-Indie, dan Staatsblad van Nederlancsh Indie. Surat kabar yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain surat kabar Han Po, Teradjoe, dan Pertja Selatan yang ketiganya terbit di Palembang pada masa kolonial hingga awal kemerdekaan. Karya sezaman yang digunakan adalah buku karya Mona Lohanda yang berjudul The Kapitan Cina of Batavia 1837–1942, buku karya Erniwati yang berjudul Cina Padang dalam Dinamika Masyarakat Minangkabau dari Revolusi sampai Reformasi, dan buku karya Mestika Zed yang berjudul Kepialang Politik dan Revolusi Palembang 1900–1950. Metodologi dalam penelitian ini menggunakan metodologi strukturasi Anthony Giddens, dalam upaya merekonstruksi respon dan adaptasi kelompok etnis Tionghoa Palembang dalam setiap periode pemerintahan sejak tahun 1905 sampai dengan 1950. Metodologi strukturasi yang dikembangkan oleh Athony Giddens akan digunakan dalam melihat proses asimilasi dan adaptasi yang dilakukan oleh Agency dalam menghadapi ketatnya struktur dalam bentuk penguasa dan kebijakan penguasa.
Berdasarkan uraian disertasi ini jelas bahwa proses adaptasi yang dilakukan oleh etnis Tionghoa Palembang sangat ditentukan oleh kemampuan mereka beradaptasi dalam konteks biologis dan kebudayaan. Kelompok etnis Tionghoa kemudian mampu untuk merajut proses integrasi dengan masyarakat lokal Palembang, sehingga potensi konflik dapat diminimalisir dalam dinamika tingkat lokal Palembang pada masa revolusi. Kajian ini memberikan sumbangan dalam konteks isu-isu mengenai nasionalisme dan etnis yang saat ini dihadapi oleh bangsa Indonesia. Wacana sejarah selayaknya tidak hanya membuat kita semua untuk mengetahui dan mengingat, akan tetapi dapat menjadi pemandu untuk menghadapi masa depan.
Sdr. Huddy Husin dinyatakan lulus dengan yudisium kelulusan “Sangat Memuaskan” serta menjadi doktor ke-412 di FIB UI dan doktor ke-2 Program Studi Ilmu Sejarah FIB UI yang lulus pada tahun 2023. (IM)
