Program Studi Pascasarjana Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Selasa (26/07/2022) meluluskan seorang Doktor yaitu Junaidi dengan disertasi berjudul “Konstruksi Diskursif Identitas Nasional Inggris dalam Kampanye Brexit 2016: Analisis Wacana Kritis Ancangan Sejarah”.
Sidang dilaksanakan secara luring, dipimpin oleh Prof. Dr. Agus Aris Munandar. Sidang promosi Doktor ini juga dihadiri oleh Prof. Multamia Retno Mayekti Tawaningsih Lauder, S.S., MSe., DEA (Promotor), Dr. Untung Yuwono (Kopromotor), Dr. Sonya P. Suganda (Ketua Penguji), Dr. Triaswarin Sutanarihesti (Anggota Penguji), Ibu Harni Kartika Ningsih, S.S., Ph.D. (Anggota Penguji), dan Dr. Filia, M.Si. (Anggota Penguji). Salah satu anggota penguji, Dr. Haryatmoko yang tidak dapat menghadiri sidang luring, menyampaikan pertanyaan melalui Ketua Penguji.
Sdr. Junaidi dalam disertasinya membahas mengenai identitas nasional Inggris yang dikonstruksi secara diskursif dalam pidato kampanye Brexit oleh empat politisi Inggris menjelang Referendum pada tahun 2016. Keempat politisi tersebut ialah PM Boris Johnson, Nigel Farage, PM David Cameron, dan PM Theresa May. Sdr. Junaidi mengumpulkan teks-teks pidato yang disampaikan dalam periode Januari–Juni 2016. Penelitian ini menunjukkan bahwa Brexit bukan sekadar tindakan politik semata, namun juga merupakan artikulasi ketakutan, harapan, identitas nasional, dan respons terhadap globalisasi di tingkat nasional dan personal.
Sdr. Junaidi menggunakan analisis wacana kritis ancangan sejarah dari Wodak. Hasil analisis tersebut terhadap pidato keempat politis tersebut menunjukkan bahwa dua politisi dari kubu The Leavers mengonstruksi Inggris sebagai bangsa yang dikuasai Uni Eropa, sedangkan dua politisi lainnya beranggapan bahwa Inggris harus memainkan peran luas di Uni Eropa agar organisasi tersebut dapat berjalan sesuai dengan keinginan bangsa Inggris. Selain itu, hasil analisis menunjukkan bahwa keempat politisi dalam berargumen menggunakan fitur-fitur linguistis seperti pronomina, I, you, we, they untuk mengidentifikasi sebagai pribadi maupun pendengar pidato mereka. Secara gramatikal penggunaan tenses, majas, struktur kalimat, repetisi kalimat digunakan untuk menekankan pentingnya argumen dan perbedaan mereka. Pidato dari keempat politisi menunjukkan adanya interdiskursivitas dengan wacana-wacana lain sesuai konteks. Terakhir, hasil analisis menunjukkan bahwa adanya pengaruh ideologi euroskeptisme dan nasionalisme pada keempat politisi.
Sebagai hasil akhir, Sdr. Junaidi menyimpulkan bahwa identitas nasional Inggris dikonstruksi secara diskursif dalam keempat pidato menjelang Referendum 2016. Selain itu, penelitian ini menyimpulkan bahwa analisis wacana kritis ancangan sejarah dapat memberikan pandangan baru bagi kajian-kajian kritis tentang identitas nasional. Bahasa dan identitas nasional memiliki hubungan yang erat sebagai praktik sosial. Melalui bahasa, aktor sosial dalam komunitas wacana tertentu mengkonstruksi berbagai konstruksi identitas nasional, menegosiasikan, dan menggunakannya untuk tujuan tertentu, seperti mempengaruhi pemilih dalam sebuah referendum. Analisis wacana kritis ancangan sejarah dapat berkontribusi bagi penelitian linguistik terapan terkait identitas sehingga upaya transformatif untuk mengatasi masalah politik identitas dapat dilakukan dan diatasi.
Junaidi dinyatakan lulus dengan yudisium kelulusan “Sangat Memuaskan”, serta menjadi doktor ke-407 di FIB UI dan doktor ke-10 Program Studi Ilmu Linguistik FIB UI yang lulus di tahun 2022.
