Webinar Nasional Bedah buku “Revitalisasi Puta Dino, Tenun Tidore yang Telah Punah”

Webinar Nasional untuk membedah Buku “Revitalisasi Puta Dino, Tenun Tidore yang Telah Punah” pada Rabu, 5 Agustus 2020 telah mengumpulkan para sejarawan, antropolog, pencinta wastra Indonesia, termasuk pengamat dan penggiat kebudayaan tenun dalam satu ruang virtual dari pukul 13.00 sampai pukul 15.30 WIB. Webinar ini juga dihadiri oleh masyarakat luas Indonesia di beberapa wilayah di zona waktu yang berbeda, antara lain Jabodetabek, Medan, Bali, Maluku Utara, Sulawesi, bahkan di luar negeri, yaitu di Los Angeles, Amerika Serikat.

Acara webinar nasional ini diselenggarakan oleh Departemen Kewilayahan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) bekerja sama dengan Rumah Cinwa dan Yayasan Ngofa Tidore, yang menghadirkan dua orang narasumber, yaitu Prof. Dr. Susanto Zuhdi, Guru Besar Ilmu Sejarah UI, dan Sultan Husain Sjah yang merupakan Sultan Tidore. Moderator sekaligus pemandu acara adalah Yanuardi Syukur dari Universitas Khairun yang juga seorang kandidat Doktor Antropologi UI. Dr. Adrianus Laurens Gerung Waworuntu, S.S., M.A. selaku Dekan FIB UI memberikan sambutan yang mengawali acara.

Buku “Revitalisasi Puta Dino, Tenun Tidore yang Telah Punah” merupakan tulisan bersama tiga peneliti Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Dr. Ade Solihat, S.S., M.A., seorang doktor bidang antropologi budaya, Ibu Dwi Woro Retno Mastuti, M.Hum., magister di bidang filologi dan kebudayaan Jawa, dan Dr. Ari Anggari Harapan, seorang doktor bidang sejarah. Dengan menjadikan produk kreatif budaya, yaitu tenun Tidore, sebagai pintu masuk, buku ini memperbincangkan sejarah Tidore dan bagaimana kesadaran akan sejarah itu penting untuk menciptakan energi positif bagi masyarakatnya dalam membangun ekonomi kreatif.

Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, melalui sambutannya memberikan apresiasi yang tinggi dan menyampaikan bahwa buku ini merupakan salah satu bentuk laporan penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang menarik. Bukan sekadar suatu laporan saja, namun perjalanan penelitian dan pengabdian pada masyarakat ini menjadi buku yang diterbitkan, sehingga dapat dibaca oleh khalayak luas. Buku ini menjadi salah satu sumbangan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI dalam pemajuan kebudayaan.

Mengawali pembahasan, diputar sebuah video “Mengawali Perjalanan Puta Dino Tenun Tidore”. Sebelum dibahas secara rinci dan mendalam oleh Prof. Susanto Zuhdi, buku ini diapresiasi oleh Sultan Tidore, sebagai bahan bagi masyarakat Tidore untuk mempelajari sejarahnya sendiri. Sultan mengisahkan kedatangan bangsa Spanyol, yang dikomandoi oleh Juan Sebastian Elcano—yang melanjutkan kepemimpinan Magellan yang terbunuh di Filipina, ke Tidore. Juan Sebastian Elcano merasa kagum kepada Sultan Al Mansyur yang menyambut kedatangan bangsa asing itu dengan penampilan kebesaran yang memperlihatkan kemajuan dan kemakmuran Tidore.

Prof. Susanto Zuhdi, menganalogikan ketiga penulis buku ini sebagai “Tiga Menguak Takdir” karena para penulis menguak sejarah salah satu aspek kebudayaan Tidore, yaitu tenun; melalui kreasi tenun khas Tidore, yang dikenal dengan sebutan Puta Dino. Prof. Susanto, dalam kesempatan ini mengupas buku ini dengan detil dan mendalam dari perspektif ilmu sejarah. Sebagai sebuah kerajaan besar, tentunya Tidore memiliki kain-kain yang khas, demikian menurut Ibu Anita Ghatmir, seorang wanita kelahiran Tidore yang menjalani diaspora dan tinggal di Jakarta. Keberadaan Ibu Anita di suatu wilayah ibu kota yang heterogen membawanya pada satu percakapan yang mempertanyakan apakah kain-kain yang dikenakan oleh masyarakat Tidore adalah kain khas Tidore,  Pertanyaan sederhana itu menggugah kesadaran akan identitasnya dan membawanya kembali ke Tidore untuk menggali adakah kain tenun di Tidore pada masa lampau. Penelusurannya ke masa lampau inilah yang telah membawanya pada usaha menghidupkan kembali Puta Dino, tenun Tidore yang dianggapnya telah punah seratus tahun yang lalu.

Diskusi berlangsung cukup panjang, utamanya dari kalangan sejarawan, antropolog, dan pemerhati tenun yang merasa terpancing untuk mempertanyakan apakah memang ada kebudayaan menenun di Tidore pada masa lampau dan apakah kreasi tenun yang kini diangkat oleh Ngofa Tidore berakar pada masa lampau. Ataukah Puta Dino sebuah kreasi baru dari cipta, karsa, dan rasa komunitas penggiatnya. Buku ini merupakan tulisan awal yang telah memicu para akademisi lainnya untuk melakukan kajian yang lebih mendalam, seperti yang tercetus dari beberapa peserta webinar. Banyak peserta yang kemudian tertarik untuk membaca buku ini. Buku ini diharapkan dapat menginspirasi banyak putra daerah di Indonesia untuk juga gigih seperti Ibu Anita dalam membangun salah satu potensi kebudayaan di daerah masing-masing. Selain itu, buku ini juga diharapkan menginspirasi peneliti kebudayaan lainnya untuk menuliskan pengalaman mendampingi para penggiat kebudayaan dalam merekam jejak mereka.

 

Related Posts