Program Studi Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) menyelenggarakan talkshow dengan tema “Study Abroad” dalam rangka Milad 60 tahun Program Studi Arab pada hari Selasa (25/2/2020) di Auditorium Gedung I FIB UI, Kampus UI Depok. Kegiatan ini dihadiri oleh sembilan representatif dari mahasiswa, dosen, dan alumni Sastra Arab UI sebagai pembicara, serta diramaikan oleh segenap dosen dan mahasiswa khususnya Program Studi Arab dari berbagai angkatan. Talkshow ini berlangsung selama kurang lebih 3 jam.
Pembicara pertama yang menyampaikan pengalamannya adalah alumni Sastra Arab UI, Zacky Khairul Umam, M.A. dari ANU & Freie Universitat Berlin. Zacky Khairul Umam, M.A. mengatakan biasanya mahasiswa yang mengambil jurusan Sastra Arab banyak yang pekerjaannya tidak terlalu sesuai dengan jurusannya. Zacky juga menyarankan agar mahasiswa S1 sudah memikirkan apa yang harus dilakukan di masa depan, contohnya seperti melanjutkan pendidikan di jenjang S2 dan S3 kajian timur tengah ketika lulus. Mengambil kajian timur tengah juga tidak harus kuliah di timur tengah, boleh juga ke Eropa karena kajian timur tengah sudah banyak diajarkan disana. Menurut info yang ia dapatkan, mulai tahun 2014 beasiswa untuk belajar kajian timur tengah sudah banyak dan lebih mudah, seperti di Jerman atau di Australia.
Pembicara kedua yang menyampaikan pengalamannya adalah mahasiswa Program Studi Arab UI 2017, Farid Mubarok. Farid melakukan pertukaran pelajar ke University of Venice, di Italia, dengan program Erasmus and Student Exchange Ca’Foscari selama lima bulan di fakultas Philosophy, International Studies and Economics. Di sana, ia mengambil mata kuliah bahasa Italia, sejarah kontemporer, dan Humaniora.
Pembicara ketiga yang menyampaikan pengalamannya adalah alumni Program Studi Arab UI, Dr. Basuni Imamuddin, M.A dari Imam Muhammad bin Saud University, Riyadh. Dr. Basuni Imamuddin, M.A melanjutkan kuliahnya di arab melalui soft diplomacy, karena waktu itu pembukaan kuliah S2 untuk sarjana S1 dari Indonesia ke Arab belum dibuka seperti sekarang. Dulu, pendaftarannya sangatlah sulit karena harus mendaftarkan kampus tersebut harus melalui rektor, dekan, lalu ke jurusan.
Pembicara keempat yang menyampaikan pengalamannya adalah alumni Sastra Arab UI, Bastian Zulyeno, Ph.D. dari University of Tehran, Iran. Ia menyelesaikan studi S2-nya selama 1,5 tahun yang lalu dilanjutkan ke S3 jurusan Sastra Sufistik Klasik Persia dan selesai dalam waktu 4,5 tahun. Bastian Zulyeno, Ph.D. merupakan satu-satunya orang dengan gelar sastra persia di Indonesia.
Pembicara kelima yang menyampaikan pengalamannya adalah dosen Program Studi Arab UI, Abdul Mutaali, Ph.D. Dari jurusan Hukum di UIN Bandung dan lulus dengan waktu 2,5 tahun, Abdul Mutaali, Ph.D melanjutkan pendidikan S2-nya di Khartoum University melalui beasiswa KBRI Kairo dan mengambil jurusan linguistik. Setelah lulus kuliah, ia pulang ke Indonesia untuk mendaftar sebagai dosen di UI.
Pembicara keenam yang menyampaikan pengalamannya adalah dosen Prodi Arab UI, Dr. Ade Solihat, SS, M.A. dari Marmara Universitesi, Istanbul Turkiye. Dr. Ade Solihat berangkat ke Turki tanpa tahu jurusan apa yang ingin ia ambil. Sesampainya disana, ia langsung mencari data mengenai jurusan-jurusan yang ada di Turki. Lalu ia memutuskan untuk mengambil Sosiologi-Antropologi di Marmara University. Menurut Dr. Ade Solihat, Turki sangat terbuka dan serius dalam bidang pendidikan, terutama untuk negara global.
Pembicara ketujuh yang menyampaikan pengalamannya adalah alumni Prodi Arab UI yang sekarang menjabat sebagai ketua program studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Eva Latifah, Ph.D dari Kyung Hee University. Walaupun belum bisa berbahasa Korea dengan lancar, Eva Latifah, Ph.D memutuskan untuk melanjutkan kuliah S3-nya di Korea dan dapat diselesaikannya dalam waktu 4,5 tahun. Menurutnya, kuliah di Korea tidak seindah seperti yang ada di drama. Disana ia banyak mengalami culture shock karena budayanya yang sangat berbeda dengan di Indonesia. Tetapi, hal itu tidak menjadi penghalang baginya untuk terus belajar. Mahasiswa luar negeri yang ingin kuliah di Korea sekarang juga semakin dipermudah karena pemerintah Korea membuka banyak jalur di bidang pendidikan, universitasnya pun juga banyak bekerja sama dengan universitas luar negri.
Pembicara kedelapan yang menyampaikan pengalamannya adalah alumni Prodi Arab UI, yang sekarang menjabat sebagai Wakil Rektor Universitas Indonesia Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset, Bapak Muhammad Luthfi Zuhdi, M.A, Ph. D. dari University of Yarmouk Yordania. Bapak Muhammad Luthfi Zuhdi selalu mengambil sastra arab untuk kuliahnya. Menurutnya, selama belajar, mahasiswa harus belajar secara ikhlas, dan selalu menekuni apa yang sedang dihadapi. Mutiara dilempar kemanapun akan selalu menjadi mutiara, begitupun seorang mahasiswa. Tidak perlu berpikir untuk menjadi apa nantinya, tapi pikirkanlah untuk bisa menjadi apapun, maka dari itu ia berpesan agar kreatifitas pada mahasiswa juga harus selalu dikembangkan.
Pembicara kesembilan yang menyampaikan pengalamannya adalah alumni dan dosen Prodi Arab UI, Yon Machmudi, Ph.D. dari Graduate School of Islamic and Social Sciences, USA. Menurutnya, profesi apa saja bisa dilalui oleh mahasiswa Sastra Arab, dengan catatan mahasiswa tersebut harus mampu menempatkan diri dan menonjolkan diri, supaya bisa mendapatkan apresiasi di tempat yang baik. Dalam paparannya, Yon Machmudi, Ph.D juga memberikan saran untuk menonjolkan diri. Menurutnya, semakin jarang suatu ilmu di suatu komunitas, maka semakin bermanfaat juga kita sebagai pemilik ilmu tersebut. Jangan selalu berada di lingkungan yang membuat kita terlihat “biasa saja”, keluarlah dari zona tersebut, dan temukan lingkungan mana yang bisa membuat diri kita menjadi lebih bermanfaat.
Setelah kesembilan pembicara memaparkan pengalamannya, diakhir acara diputarkan video dari alumni Prodi Arab FIB UI, Hafidz Fadli, S.Hum, yang sedang mengenyam pendidikan di IIUM, Malaysia.
