Mahasiswa FIB Penerima Bidikmisi yang Mendunia dengan Al-Quran

Kompetisi Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) Internasional tahun 2019 di Turki, menjadi debut pertama Syamsuri Firdaus, mahasiswa Program Studi Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, sebagai Qori Internasional setelah memenangkan posisi pertama. Syamsuri menjadi peserta termuda di kompetisi MTQ Internasional perdananya dan mengalahkan peserta lain dari 68 negara yang rata-rata berusia 30-an, termasuk negara-negara yang terkenal sebagai juara umum, yaitu Iran, Irak, Libya serta tuan rumah Turki. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang hadir pada acara penutupan kompetisi menyerahkan tanda kemenangan secara langsung kepada Syamsuri, yang menjadi satu-satunya peserta kompetisi yang bertilawah dalam acara penutupan. Menjadi Qori Internasional, merupakan salah satu cita-cita Syamsuri yang berhasil Ia capai di usia 20 tahun. Pencapaiannya di usia muda didukung dengan pesatnya karir tilawah Syamsuri sejak usia 13 tahun. Kompetisi MTQ di bidang tilawah pertamanya ialah MTQ Nasional 2012 di Ambon dengan mengantongi prestasi juara 1. Masih di tahun yang sama, Ia diikutkan lagi pada kompetisi MTQ Internasional se-ASEAN di Singapura dan kembali membawa prestasi sebagai juara 1. Tidak berhenti di situ, Syamsuri kembali mengukir prestasi sebagai juara 1 pada ajang MTQ Nasional antar Madrasah di tahun 2015 yang diadakan di Palembang dan juara 2 pada kompetisi MTQ Nasional cabang tilawah remaja tahun 2018 di Medan. Setelah perjalanan cukup panjangnya, Syamsuri mengikuti kompetisi MTQ Internasional di Turki yang berhasil menarik atensi media-media tanah air baik daring dan televisi. Sepulangnya Syamsuri dari Turki, Ia banyak menghadiri acara-acara talkshow di stasiun televisi mainstream Indonesia serta media-media daring banyak memuat pemberitaan tentangnya.Syamsuri memulai interaksi pertamanya dengan dunia tilawah saat usia delapan tahun. Berawal dari lingkungannya di Bima yang kental dengan pengajian dan tilawah, Syamsuri mengikuti teman-temannya belajar mengaji. Di pengajian ini pula bakat Syamsuri di ranah tilawah diketahui guru ngajinya.

                                       (Presiden Erdogan memberikan tanda kemenangan kepada Syamsuri sebagai juara 1 kompetisi MTQ Internasional 2019 di Turki)

“Jadi pas kecil itu pas SD banyak teman-teman yang belajar ngaji, jadi saya ikut juga. Asik aja kalo dengar orang ngaji. Di antara teman-teman saya yang seperguruan itu, yang paling sering disuruh coba sama guru ngaji tuh saya karena alhamdulillah saya memiliki suara yang cukup bagus ya. Dari situ guru saya senang bakat saya tilawah,” ujarnya.

“Itu mulai dari usia delapan tahun kalau gak salah. Setahun belajar-belajar, karena banyak juga guru-guru tilawah (di lingkungan Syamsuri -red). Misalnya kelas 1 SD itu belajar huruf-hurufnya dulu di guru ini, terus setelah itu naik tingkat belajar ke guru itu. Belajar lagi ke guru ini. Alhamdulillah dapet semua,” sambung Syamsuri.

Selain belajar dengan guru-gurunya, Syamsuri juga aktif mengembangkan kemampuan tilawahnya secara mandiri dengan referensi acara-acara tilawah di televisi serta youtube guna melatih lagu-lagu, maqom (bacaan), serta tajwid bacaan tilawahnya.Terutama setelah menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia (UI), Syamsuri menggiatkan belajar mandirinya karena sudah terhalang jarak dengan guru-gurunya di Bima.

“Ya, ada juga yang bantu-bantu (mengajar tilawah saat sudah di Depok -red). Kaya Ustad Ahmad. Kebetulan beliau satu kampung, satu daerah ama saya. Kenalnya di sini di UI. Karena satu daerah, bantu-bantu. Saya belajar dari beliau,” papar Syamsuri.

Pertemuannya dengan Ahmad tidak hanya sebatas belajar tilawah, namun berlanjut pada tawaran bagi Syamsuri untuk aktif menjadi Qori di Masjid Ukhuwah Islamiyah (MUI), sebuah masjid yang berada di lingkungan kampus UI Depok. Lebih lanjut, Ahmad menawarkan Syamsuri untuk bisa mewujudkan cita-citanya yang lain dengan Al-Quran. Syamsuri yang awalnya tidak ada niatan berkuliah di UI jadi termotivasi dan akhirnya mengikuti ujian SBMPTN hingga lulus menjadi calon mahasiswa baru di Program Studi Arab FIB UI. Menurut Syamsuri, Al-Quran mengubah hidupnya tidak hanya sebatas itu. Lebih jauh lagi, Ia merasa keberkahan Al-Quran mulai berdampak pada hidupnya dan keluarganya sejak Ia memenangkan kompetisi MTQ Nasional di Ambon.

(Syamsuri Bersama Pembina saat memenangkan MTQMN 2019 cabang tilawah di Aceh)

“Saya liatnya, ternyata Al-Quran itu bukan hanya memberikan saya dampak baik berupa akhlak yang baik. Tapi memang dari segi materialnya, dari segi dunianya juga dapat. Waktu itu saya juara nasional di Ambon, alhamdulillah dikirim ke internasional. Di situ orangtua diajak juga. Dengan Al-Quran bisa keluar negeri, keliling dunia. Diajak sama presiden masuk istana negara (karena -red) berkah Al-Quran. Bisa membawa keluarga yang awalnya tidak tau istana tapi dengan Al-Quran bisa masuk istana dan bertemu presiden langsung. Al-Quran memberikan kegembiraan kepada keluarga saya. Apresiasi, penghargaan dari orang-orang itu banyak. Ada juga beasiswa, terus dikasi umroh gratis sama keluarga, uang, dikasi bonus, sampai-sampai ditawari jadi polisi sama Kapolda NTB. Banyak dikenal orang, dihormati, dihargai,” jelas Syamsuri. Peristiwa-peristiwa yang Ia alami setelah memenangkan berbagai kompetisi MTQ nasional dan internasional diakui Syamsuri tidak semuanya berdampak baik karena bisa jadi merupakan ujian. Syamsuri menerapkan pemikiran untuk tidak menjadi pribadi yang angkuh lantaran prestasi-prestasinya. Ia juga menyadari posisinya sekarang sebagai tokoh publik, mengharuskannya untuk lebih memperhatikan akhlaknya dibanding sebelum memiliki prestasi-prestasi tersebut.

  (Syamsuri saat menghadiri undangan Presiden Jokowi sebagai apresiasi kemenangannya di Turki)

“Kita harus merasa diri dulu bahwa segala apapun yang kita miliki, tidak akan kita dapatkan tanpa adanya pertolongan Allah. Kita harus mikir juga bahwa kelebihan kita itu semua datangnya dari Allah. Ketika kita memikirkan hal itu bisa menghindarkan kita dari sifat-sifat ujub, bangga diri. Agar kita tetap senantiasa tawadhu, sadar bahwa semua itu merupakan milik Allah,” terangnya. Sebagai mahasiswa Sastra Arab FIB UI penerima bidikmisi, Syamsuri pun disibukkan dengan tugas-tugas kuliah. Dalam membagi waktu kegiatan tilawah dengan kegiatan kampus, Syamsuri hanya menerima undangan tilawah di luar waktu kuliahnya dan tidak terlalu aktif dalam organisasi kampus. Sementara untuk mengerjakan tugas, Syamsuri memilih untuk mengerjakan bersama teman. Syamsuri tetap memprioritaskan akademis tanpa harus meninggalkan undangan tilawah yang diterimanya meski terjadi bentrok waktu.

“Pernah (bentrok -red). Tapi saya ngusahain nyelesain tugas dulu. Saya usahakan kalau ke acara bawa laptop sambil ngerjain tugas. Jadi usahakan jangan sampai tugas itu kelewat. Biar enggak ada beban. Kalo acara kan gak terlalu ada beban, kalau tugas beban kalau belum dikerjain,” ungkapnya.

(Syamsuri saat menjadi Qori pada peringatan Maulid Nabi di Istana)

Related Posts