Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha yang Diprakarsai Tim Pengmas FIB UI bersama Masyarakat adat Desa Geriana Kauh Diresmikan di Bali

Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha diresmikan oleh Tim Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) dengan pengabdi utama Dr. Saraswati Putri di Bali. Museum ini dibangun sebagai upaya merevitalisasi Tarian Sang Hyang Dedari yang terancam punah. Pembangunan museum berkolaborasi dengan masyarakat adat Desa Geriana Kauh, Karangasem, Bali dan didanai oleh DRPM Universitas Indonesia. Soft launching dilakukan pada 12 November 2019, dihadiri oleh antara lain Bupati Karangasem, I Gusti Ayu Mas Sumantri, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Karangasem, I Putu Arnawa, Kasubdit Riset RPM UI, Dede Djuhana, Ph.D., dan Dekan FIB UI, Dr. Adrianus Laurens Gerung Waworuntu, S.S., M.A.

Tari Sanghyang Dedari merupakan tarian yang sakral yang pementasannya sesuai penanggalan suci menurut kepercayaan warga adat setempat. Para penarinya adalah anak-anak perempuan terpilih yang belum akil balig. Para penari tersebut dipercaya dirasuki roh Sanghyang Dedari selama pementasan. Tarian ini merupakan ritual pemujaan terhadap bumi dengan tujuan supaya mendapatkan hasil pertanian yang melimpah ruah. Tarian ini sudah sangat langka karena membutuhkan komunitas pemain gamelan, penari, dan tembang khusus. Sebelum museum diresmikan, riset awal tentang tari Sanghyang Dedari ini telah dilakukan sejak tahun 2015 dalam upaya FIB UI untuk mendokumentasikan tarian langka. Setelah cukup lama proses pencarian, tarian pun ditemukan masih konsisten diselenggarakan hanya di desa adat Geriana Kauh.

Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha dilengkapi dengan patung Sang Hyang Dedari, foto penari Sang Hyang Dedari, dan alat pertanian tradisional. Terdapat pula tembang atau nyanyian tari yang dituliskan di atas daun lontar. Untuk selanjutnya, pengelolaan museum akan diserahkan kepada masyarakat sehingga dapat digunakan oleh komunitas dan warga desa. Lokasi museum yang terletak di desa bertujuan agar para pengunjung juga dapat berinteraksi dengan warga adat Geriana Kauh. Harapannya, museum ini dapat melestarikan tradisi kuno sehingga generasi masa depan menyadari pentingnya menjaga tradisi, khususnya yang menyimpan pengetahuan leluhur mengenai kelestarian alam karena tari Sanghyang Dedari sendiri sarat akan pesan kehidupan yang seimbang antara manusia, alam dan Tuhan.

Related Posts