Muhammad Fakrully Akbar merupakan salah satu alumnus dari Program Studi Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia yang memiliki segudang kegiatan dan prestasi, salah satunya di bidang non-akademik, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Ia masuk tahun 2015 melalui jalur penerimaan SIMAK UI. Akbar menerima beasiswa Bidikmisi sampai dengan kelulusannya di tahun 2019.
“Pertama kali di kampus terjun untuk melayani masyarakat sebagai relawan itu melalui Sahabat Mahasiswa Baru UI tahun 2016,” ujar Akbar.
Selain itu, dirinya mengaku pengalaman pertamanya perihal berkenalan dan berhubungan dengan masyarakat secara langsung didapatkannya melalui acara sosialisasi UI Goes to School ke Sukabumi yang ditunjukkan untuk anak-anak kelas 12 SMA. Setelah dari pengalamannya itu, ia memutuskan untuk turut berpartisipasi di salah satu program pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, yaitu FKM UI Peduli Desa angkatan 13 pada tahun 2017. Di program ini ia mengutarakan bahwa dirinya baru belajar dan bergelut untuk pertama kalinya mengenai apa dan bagaimana itu Pengmas atau Pengabdian Masyarakat. Kegiatan Pengmas saat itu dilaksanakan di Desa Sukamaju, Talegong, Garut. Di pengmas ini Akbar berperan sebagai penerjemah untuk menghubungkan bahasa Sunda yang dipakai oleh warga sekitar dengan bahasa Indonesia yang digunakan oleh pihak panitia. Dari kegiatan pengabdian masyarakat inilah yang kemudian memberikan candu bagi diri Akbar untuk semakin mendalami kemampuan dan bakatnya di bidang non-akademis yaitu Pengmas.
“Cara berterima kasih dan bersyukur Akbar sebagai mahasiswa di sini itu melalui pengabdian masyarakat,” tutur mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi angkatan tahun 2015 ini. Sepak terjang Akbar selanjutnya di bidang pengabdian masyarakat adalah berpartisipasinya Akbar sebagai relawan di Tungguk Tembakau Festival Boyolali bersama dengan salah satu dosen dari program studinya pada tahun 2017. Dari kegiatan tersebut ia mampu untuk belajar menjadi relawan sekaligus memperdalam ilmu mengenai bahasa Jawa yang menyebabkan dirinya disebut oleh warga sekitar sebagai “Akamsi” atau Anak Kampung Sini. Adapun Akbar sendiri juga menjadi mengetahui apa itu Indonesia sebenarnya dari keramahan dan kehangatan warga Boyolali, “Warga ini benar-benar representatif Indonesia gitu, ramahnya.”
Pengabdian masyarakat lainnya yang juga tertanam kenangannya di benak Akbar ialah saat ia menjadi relawan di Tuban oleh LCC (Leprosy Community Care) dengan nama kegiatannya, yaitu Nganget International Work Camp Tuban pada tahun 2017. Pengabdian masyarakat ini berfokus bagi warga Tuban yang terkena penyakit kusta. Di dalam kegiatan ini dirinya juga berkesempatan untuk bekerja sama dengan mahasiswa yang berasal dari Jepang yang juga turut melakukan pengabdian masyarakat di dalam komunitas ini. Walaupun Akbar melakukan pengabdian bagi warga yang terkena penyakit kusta yang merupakan salah satu penyakit yang cukup dijauhi dan dipandang negatif oleh warga sekitar, namun ia menceritakan bahwa orang-orang yang terkena penyakit kusta mengajarkannya mengenai ketulusan hati, “Walaupun mereka secara fisik itu cacat, tapi hati mereka itu seperti emas murni. Bener-bener ga cacat, bener-bener luar biasa.”
Dari serangkaian prestasinya di bidang pengabdian masyarakat, Akbar mengaku bahwa dirinya belajar tentang kehidupan dan bagaimana mensyukuri hidup dari kesempatannya bertemu dengan orang-orang inspiratif di desa-desa atau tempat-tempat yang terpencil di Indonesia. Rasa syukurnya itupun ia tularkan kepada anak-anak calon penerus bangsa yang ditemuinya untuk tetap menjaga semangat menuntut ilmu demi masa depan yang lebih baik tanpa harus menggadaikan kesempatan emas tersebut dengan bekerja dini yang sering ditemui di desa-desa dengan tingkat angka putus sekolah yang tinggi. Selain itu, ia juga mendapatkan hikmah di balik keaktifannya di bidang pengmas ini, bahwa terkadang mahasiswa zaman sekarang khususnya di UI terlalu membanggakan jaket kuningnya tanpa mengetahui makna di balik tanggung jawab yang diembannya sebagai mahasiswa bagi masyarakat dan bangsa Indonesia, “Setiap orang terdidik memiliki tanggung jawab sebagai pendidik,” tuturnya yang merupakan kutipan yang diingatnya dari Anies Baswedan.
Selain pengalamannya dalam pengabdian masyarakat, dirinya juga pernah menjabat sebagai ketua lembaga dakwah Formasi FIB UI pada tahun 2018 dan Kakak Asuh sekaligus Wakil Divisi Program Gedung SR (Senior Resident) UI di Asrama Mahasiswa UI pada tahun yang sama. Selain kegiatan dalam ranah eksternal UI, ia juga tidak luput untuk berperan aktif di kegiatan-kegiatan dalam ranah internal kampus UI, salah satunya di bidang Sosmas atau Sosial Masyarakat. Akbar pernah berperan sebagai pengajar yang mengajar anak-anak yang membutuhkan di SNF (Sekolah Non Formal) FEB UI dan di Rumbel (Rumah Belajar) BEM UI. Adapun bersama Manajer Kemahasiswaan FIB UI dan TNI AD, Akbar pernah berkesempatan berperan sebagai motivator kepada anak-anak di SMP Islam Al Istiqomah Cipayung pada tahun 2018.
Lulusnya Muhammad Fakhrully Akbar secara resmi sebagai sarjana humaniora tidak memutuskan minatnya untuk tetap bergelut di bidang pengabdian masyarakat dengan target mengabdi selama setahun di daerah terpencil di Indonesia, “Saya harus memahami masyarakat dan memahami Indonesia.”