Dalam rangka memeriahkan rangkaian Dies Natalis FIB UI ke-80, mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) menyelenggarakan pementasan drama dengan tema “Festival Antar Budaya”. Pementasan ini diselenggarakan pada hari Senin, 9 Desember 2019 di Auditorium Gedung XI FIB UI dan diikuti oleh Prodi Rusia, Prodi Korea, dan Prodi Indonesia.
Drama yang ditampilkan oleh Prodi Rusia berjudul “Bangsal No.6”. Drama ini diadaptasi karya Anton Chekhov. Cerita dibuka dengan latar di rumah sakit jiwa, bangsal no. 6. Bangsal memiliki lima narapidana yang menyedihkan – termasuk Moiseika yang “dungu” – dan diawasi oleh petugas yang kasar bernama Nikita. Cerita ini menggambarkan bagaimana seorang narapidana yang berpendidikan dari sebuah universitas ternama bernama Ivan Gromov membuat dirinya gila dengan paranoia dan dirawat di rumah sakit jiwa. Rumah sakit dipimpin oleh Dr. Andrei Yefimich Rabin, seorang “lelaki aneh” yang menjadi dokter untuk menghibur ayahnya, setelah benar-benar ingin menjadi seorang pendeta. Andrei memulai karirnya sebagai dokter bermotivasi tinggi yang merawat pasiennya dengan baik. Namun, lama kelamaan ia lalai untuk mengunjungi bangsal, dan menjadi acuh tak acuh terhadap nasib pasiennya. Andrei menenangkan hati nuraninya dengan pikiran bahwa setiap orang dilahirkan untuk mati dan menyimpulkan bahwa “penderitaan membawa manusia menuju kesempurnaan”.
Prodi Korea menampilkan drama yang berjudul “Lukisan”. Latar drama ini diambil dari awal masa Joseon. Pada masa ini nilai konfusianisme masih dijunjung tinggi. Wanita hanya boleh berada di rumah untuk mengurus urusan dapur. Karakter utama dalam drama ini, Minhwa, sangat suka melukis dan membaca buku sastra. Akan tetapi, karena dia adalah seorang wanita dan lukisan pada masa itu dijadikan sarana untuk propaganda, keluarga serta orang-orang di sekitarnya tidak ada yang mendukungnya. Lalu, hadir lah putra mahkota, Han Yi, yang menyamar menjadi masyarakat biasa dan berkenalan dengan Minhwa. Han Yi selalu mendukung hobi melukis Minhwa sampai Minhwa memenangkan perlombaan melukis. Kisah ini adalah awal dobrakan atas aturan bahwa wanita tidak boleh melukis dan membaca pada masa itu.
Festival Antar Budaya Ditutup oleh Prodi Indonesia yang menampilkan drama berjudul “Sila ke-2”. Drama ini diadaptasi puisi “Balada Ibu yang Dibunuh” karya WS Rendra. Latar drama ini diambil pada tahun 1999. Drama ini bercerita tentang Bahar, seorang pemulung yang sebelumnya adalah istri Pak Ujang, orang terkaya di kampungnya. Setelah bercerai, Bahar bersama ketiga anaknya, Khadijah, Saudah, dan Aisyah tinggal di tempat yang kecil dan hidup dalam kemiskinan. Pada saat memulung, Bahar dituduh sebagai pencuri oleh warga dan dibakar hidup-hidup, sedangkan ketiga anaknya menunggu di rumah dalam kondisi kelaparan. Aisyah dan Saudah tidak dapat menahan lapar sehingga mereka meninggal dalam rumah, hanya tersisa Khadijah, anak pertamanya yang masih hidup. Khadijah tidak mengetahui kalau ibunya telah meninggal. Setelah adik-adiknya meninggal, ia mulai pergi keluar untuk mencari keadilan ke semua tempat serta mencari jawaban kemana ibunya pergi.
