Departemen Ilmu Susastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Jumat (24/6/2019) meluluskan seorang Doktor yaitu Luli Qian Qian dengan disertasi berjudul “Pembelajaran Bahasa Mandarin dan (Re)posisi Identitas Indonesia-Tionghoa Kontemporer”. Sidang terbuka dilaksanakan di Auditorium Gedung IV, dipimpin oleh Dekan FIB UI, Dr. Adrianus Laurens Gerung Waworuntu, S.S., M.A. dan dihadiri oleh Manneke Budiman, M.A., Ph.D. (Promotor), Nurni Wahyu Wuryandari, Ph.D. (Kopromotor), Dr. Dhita Hapsarani (Ketua tim penguji), Prof. Dr. Melani Budianta, Ph.D. (Anggota penguji), S.M. Gietty, Ph.D. (Anggota penguji), Dr. Rahadjeng Pulungsari, M.Hum. (Anggota penguji), dan Esther Harijanti Kuntjara, Ph.D. (Anggota penguji).
Disertasi ini mengungkapkan esensialisme dan stereotip yang mempengaruhi pandangan orang tua siswa terhadap identitas kultural mereka sebagai etnis Tionghoa dan mengungkapkan perbedaan antara kecenderungan resinisasi dan kosmopolitan dalam pandangan orang tua siswa terkait dengan pembelajaran bahasa Mandarin. Penelitian menggunakan metode kualitatif, pendekatan etnografis, observasi, dan survei terhadap para orang tua siswa etnis Tionghoa (Indonesia- Tionghoa) yang lahir pada periode Orde Baru. Pengambilan data dilakukan di tiga kota, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Medan. Alat analisis yang digunakan adalah teori identitas, fenomena resinisasi, konsep esensialisme dan stereotip, kosmopolitan dan globalisasi.
Temuan dari penelitian adalah, melalui pembelajaran bahasa Mandarin, telah terjadi re-(posisi) identitas. Identitas yang masih kuat melekat adalah identitas historis, identitas etnis, dan identitas budaya. Selain itu, ditemukan juga bahwa (1) sebagian besar responden merasa bangga akan negeri leluhur, tetapi mereka tidak ingin pindah ke negeri Tiongkok, (2) mereka responden memiliki nama Tionghoa yang sudah tidak digunakan dalam dokumen resmi, dan (3) ketika di luar negeri, responden tersebut lebih ingin diidentifikasi sebagai orang Indonesia- Tionghoa. Dari temuan tersebut dapat dilihat bahwa fenomena resinisasi yang terjadi pada etnis Tionghoa di Indonesia pada umumnya merupakan koneksi sosio-kultural bukan politis. Pandangan esensialisme dan stereotip memang membentuk rasa bangga terhadap negeri leluhur, tetapi hal tersebut tidak terlihat secara signifikan. Selain itu, gagasan kosmopolitan dan globalisasi yang dinamis dapat lebih membantu untuk mendefinisikan identitas orang Tionghoa – Indonesia. Bahasa Mandarin dan pembelajaran bahasa Mandarin di Indonesia oleh orang Indonesia – Tionghoa tidak hanya sebagai bentuk resinisasi etnis, tetapi juga re-posisi peran bahasa Mandarin sebagai bagian dari identitas budaya kosmopolitan.
Sdr. Luli Qian Qian mendapat nilai sangat memuaskan serta menjadi doktor ke-334 di FIB UI dan doktor ke-5 Program Studi Ilmu Susastra FIB UI yang lulus pada tahun 2019. Ia juga merupakan mahasiswa asing pertama yang lulus di tahun 2019 di program Doktor Ilmu Susastra.