Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (PPKB FIB UI) dan Lemstrada menyelenggarakan Forum Diskusi dengan tema “Dampak Budaya dalam Film” pada hari Selasa (30/4/2019) di Auditorium Gedung I FIB UI, Kampus UI Depok. Kegiatan ini dihadiri oleh,Ketua Lembaga Sensor Film, Dr. Ahmad Yani Basuki sebagai keynote speaker, dan beberapa pembicara, yaitu Produser Kharisma Starvision Plus, Ir. Chand Parwez Servia, Dekan FIB UI, Dr. Adrianus Laurens Gerung Waworuntu, S.S., M.A, dan Dr. Dyah Chitraria Liestyati, M.Sm. dari Lembaga Sensor Film. Acara ini dimoderatori Dr. Pudentia MPSS, M. Hum. dari FIB UI, serta diramaikan oleh para jurnalis dari berbagai media.
Kuliah umum ini mendiskusikan tentang dampak budaya dalam film yang ada di Indonesia. Menurut Ketua Lembaga Sensor Film, Dr. Ahmad Yani Basuki, film mempunyai nilai strategis. Persoalan budaya dan film saling bersentuhan walaupun sisi-sisinya dapat dibahas secara berbeda. Cerita dalam film banyak didapatkan dari cerita masyarakat luas. Jika diumpamakan, hidup adalah sistem, kehidupan adalah fungsional, dan Lembaga Sensor Film lah yang membangun fungsi yang bersentuhan dengan fungsi karya kreatif. Pada zaman sekarang, budaya membaca telah berganti menjadi budaya menonton dalam masyarakat.
Dalam kuliah umum ini juga mendiskusikan tentang kasus beredarnya surat dari Wali Kota suatu daerah tentang keberatannya dengan penayangan film “Kucumbu Tubuh Indahku”. Produser film, Ir. Chand Parwez Servia beranggapan bahwa pelarangan semacam ini cukup membingungkan bagi produser film dan sineas, karena film tersebut sudah diloloskan melalui Lembaga Sensor Film dan boleh beredar sesuai kategori umur yang sudah ditentukan.
Menurut Dekan FIB UI, Dr. Adrianus Laurens Gerung Waworantu, S.S., M.A., di dalam film terdapat sesuatu yang mau diangkat. Semua film berjalan melalui proses, tentunya juga dengan melakukan berbagai penelitian. Semua film diharapkan keluar dengan baik dan bermutu, serta diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat. Masyarakat juga perlu mendapatkan literasi untuk memahami film yang kerap menampilkan budaya pada zamannya. Budaya tidaklah statis karena budaya akan selalu mengikuti perkembangan zaman.
Ir. Chand Parwez Servia juga menambahkan bahwa suatu film yang mengandung kontroversi jika berada di tangan yang tepat merupakan salah satu dari strategi pemasaran. Sesuatu hal yang mengandung kontroversi itu harus ada untuk dipahami. Para pembuat film tahu apa yang mereka sudah buat dan mereka juga tahu apa yang mereka harus dipertanggungjawabkan.
Acara ini ditutup dengan penyerahan cenderamata dan foto bersama.