Promosi Doktor Ilmu Sejarah Sdr. Imas Emalia

Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Kamis (17/1/2019) meluluskan seorang Doktor yaitu Imas Emallia dengan disertasi berjudul “Derajat Kesehatan Masyarakat Pribumi Di Kota Cirebon, 1906-1940; Modernisasi Kota dan Kesehatan”. Sidang terbuka dilaksanakan di Auditorium Gedung IV, dipimpin oleh Dr. Adrianus Lauren Gerung Waworuntu, M.A., dan dihadiri oleh Dr. Mohammad Iskandar (Promotor), Prof. Dr. Susanto Zuhdi, M. Hum (Kopromotor), Dr. Abdurrakhman (Ketua tim penguji), Agus Setiawan, Ph. D. (Anggota penguji), Yon Mahmudi, Ph. D. (Anggota penguji), Dr. Linda Sunarti (Anggota penguji), dan Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M. KES. (Anggota penguji).

Disertasi ini membahas tentang derajat kesehatan masyarakat pribumi di Kota Cirebon pada masa kolonialisme Belanda antara 1906-1940. Fokus kajiannya adalah menganalisis derajat kesehatan pada masa modernisasi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Kota Cirebon yang semula sebagai kota tradisional/kota kesultanan diubah fungsinya menjadi kota kolonial (modern) oleh pemerintah Hindia Belanda bersamaan dengan pembentukan kota-kota lainnya di Jawa dan Madura pada 1906. Pemerintah bertujuan mengubah fungsi dan citra Kota Cirebon menjadi kota modern dan kota yang sehat. Bagi pemerintah koloial pemahaman kesehatan adalah didasari oleh ilmu pengetahuan yang berkembang di Eropa. Pada praktiknya, aspek kesehatan modern ini dikaitkan dengan pengembangan perekonomian untuk mengumpulkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Pembangunan rumah sakit, pengadaan alat kesehatan, dan pelayanan kesehatan pun bersifat komersil. Komersialisasi dan diskriminasi pelayanan kesehatan pada akhirnya membuat masyarakat pribumi tetap mempraktikan pengobatan tradisional yang dipahaminya.

Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa dengan menggunakan pendekatan fenomenologi dari Burger dan Luckman, kondisi seperti ini disebut sebagai kenyataan utama dari sebuah fenomena sosial yang kemudian dapat mengindikasikan sebuah kualitas pada suatu tempat tertentu. Dalam hal ini fenomena kehidupan sakit sehat dapat mengindikasikan derajat kesehatan masyatakat di kota Cirebon, oleh karena indikator tinggi rendahnya derajat kesehatan itu tidak selalu diukur dengan angka-angka. Dalam ilmu kesehatan, indikator derajat kesehatan dapat dianalisa dari indikator lingkungan, genetik, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Dalam konsep Braudel tentang persebaran wabah peyakit di eropa, indikator derajat kesehatan dapat dianalisa dari indikator demografi dan dinamika ekonomi. Konsep Braudel mejadi temuan baru bagi kajian sejarah dan ilmu kesehatan. Konsep Braudel, pendekatan fenomenologis, dan teori struktural dari Seweel menyajikan temuan baru yang tidak ditemukan sebelumnya, bahwa indikator derajat kesehatan dapat dianalisa dari indikator budaya. Budaya hidup sehat yang dipraktikkan oleh masyarakat pribumi di Kota Cirebon dapat menentukan derajat kesehatan.

Sdr. Imas Emalia mendapat nilai sangat memuaskan serta menjadi doktor ke-330 di FIB UI dan doktor ke-2 Program Studi Ilmu Sejarah FIB UI yang lulus pada tahun 2019.

Related Posts