Departemen Ilmu Susastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Rabu (17/1/2019) meluluskan seorang Doktor yaitu Hiqma Nur Agustina dengan disertasi berjudul “Represi dan Resistensi Perempuan dalam Dua Karya Diaspora Afghanistan A Thousand Splendid Suns dan My Forbidden Face”. Sidang terbuka dilaksanakan di Auditorium Gedung IV, dipimpin oleh Dr. Adrianus Laurens Gerung Waworuntu, S.S., M.A., dan dihadiri oleh Manneke Budiman, Ph.D. (Promotor), Dr. Christina T. Suprihatin (Kopromotor), Dr. Dhita Hapsarani (Ketua tim penguji), Diah Arini Arimbi, Ph.D. (Anggota tim penguji), Dr. Susiliastuti Sunarya (Anggota tim penguji), Dr. Muhammad Luthfi (Anggota tim penguji), dan Dr. Maria Josephine Mantik (Anggota tim penguji).
Disertasi mengkaji dua teks karya penulis diapora laki-laki dan perempuan Afghanistan yang berjudul A Thousand Splendid Suns (ATSS) karya Khaled Hosseini dan My Forbidden Face (MFF) karya Latifa. Dua teks yang mengusung tema represi dan kekerasan ini dikaji dengan menggunakan teori naratologi dan fokalisasi dari Gerard Gennete, konsep kelas sosial, represi, resistensi, relasi gender, serta feminisme Islam dan feminisme Poskolonial. Kondisi perempuan Afghanistan pada era 1978-2003 dilihat sebagai akibat dari konstruksi kelas dan gender yang dilatarbelakangi oleh kultur patriarki serta untuk mengungkap kekuasaan, dominasi, dan ketidaksetaraan gender yang dipraktikkan, direproduksi, atau dilawan oleh teks. Selain itu, dilakukan perbandingan untuk memperoleh persamaan dan perbedaan dalam mengungkapkan peran gender dan budaya patriarki dalam membentuk represi terhadap perempuan Afghanistan.
Hasil penelitian menunjukkan dua jenis fokalisasi dan narator dalam kedua teks, yaitu fokalisator ekstern dan heterodiegetic narator dalam ATSS dan fokalisator intern dan homodiegetic narrator dalam MFF. Kedua penulis menggunakan strategi naratif berupa penggunaan kata, frasa, dan kalimat yang merefleksikan secara tepat represi dan kekerasan pada tokoh-tokoh perempuan di dalam kedua teks. Kedua penulis sama-sama menunjukan keberpihakan dalam melawan konstruksi sosial masyarakat Afghanistan yang sangat patriarkis sehingga muncul resistensi sebagai imbas dari ketidaksetaraan gender, perbedaan, dan stratifikasi kelas dan etnis, penafsiran terhadap tafsir atau hadis, dan penerapan aturan dari rezim Taliban. Namun, resistensi yang dihadirkan pada beberapa fokalisasi oleh fokalisator ekstern dan intern pada kedua teks juga memunculkan ambivalensi yang justru berpotensi mengukuhkan konstruksi gender yang tidak menguntungkan perempuan.
Sdr. Hiqma Nur Agustina mendapat nilai sangat memuaskan serta menjadi doktor ke-329 di FIB UI dan doktor ke-3 Program Studi Ilmu Susastra FIB UI yang lulus pada tahun 2019.