Pertunjukan Wayang Orang “Rahwana Putih” sebagai Penutup Rangkaian Dies Natalis ke-78 FIB UI

Pada Jumat, 7 Desember 2018, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) menyelenggarakan Pertunjukan Wayang Orang dengan lakon “Rahwana Putih”, bertempat di Auditorium Gedung IX FIB UI. Rahwana Putih merupakan sebuah novel karya Dr. Sri Teddy Rusdy, S.H., M. Hum., yang kemudian diadaptasi menjadi pertunjukan wayang orang. Pemeran dari wayang orang ini antara lain, Sudjwo Tedjo, Kenthus dkk. (Wayang Orang Bharata), Dr. Saraswati Dewi (dosen Program Studi Filsafat FIB UI), serta Mahasiswa Program Studi Sastra Jawa FIB UI.

Pertunjukan Wayang Orang Rahwana Putih merupakan penutup rangkaian acara Dies Natalis ke-78 FIB UI tahun 2018 yang perayaan puncaknya telah dilaksanakan pada 4 Desember 2018. Pertunjukan ini dibuka oleh pembawa acara, Kepala Humas FIB UI, Chysanti Arumsari, M.A., dan diawali dengan persembahan lagu dari Paduan Suara Mahasiswa Program Studi Jawa FIB UI yang menyenyikan lagu Genderang UI dan Suwe Ora Jamu yang diaransemen oleh Dr. Ari Prasetiyo, dosen dan pengrawit Mahasiswa Program Studi Jawa. Pertunjukan dilanjutkan dengan Tari Beksan Puspa Rinonce yang merupakan karya Dr. F.X. Rahyono, Dosen Prodi Jawa yang juga merupakan Ketua Departemen Linguistik FIB UI. Tarian yang laras geraknya dicuplik dari ragam-ragm laras dan Sekaran tari Bedhoyo dan Srimpi ini dipentaskan oleh mahasiswi lintas fakultas UI. Sebelum pementasan dimulai, Dekan FIB UI, Dr. Adrianus Laurens Gerung Waworuntu dan Ibu Dr. Sri Teddy Rusdy, S.H., M. Hum., memberikan kata sambutan. Acara dilanjutkan dengan pertunjukan utama yaitu pementasan Wayang Orang yang berlangsung selama 2.5 jam.

Pementasan Rahwana Putih mengisahkan Rahwana Sang Raja Alengka (diperankan oleh Sudjiwo Tejo). Rahwana adalah seorang Raksasa yang hanya mencintai satu wanita, yaitu Dewi Setyawati. Dengan bantuan Sarpakenaka, adiknya, Rahwana menemukan titisan Dewi Setyawati yang adalah Dewi Sinta, yang telah menjadi istri Rama, Raja Ayodya. Sinta akhirnya diculik dan dibawa pulang ke Alengka. Dikisahkan, Rahwana telah memiliki permaisuri bernama Dewi Mandodari (diperankan oleh Dr. Saraswati Dewi, Dosen Prodi Filsafat FIB UI). Mendengar kabar tentang Sinta, Dewi Mandodari meramalkan bahwa ajal Rahwana akan tiba.

Selama tiga tahun, Sinta ditawan di Alengka dan diperlakukan bak ratu oleh Rahwana, dengan harapan Sinta dapat mencintainya. Rama, dengan bantuan Hanoman dan balatentara datang menggempur Alengka untuk membunuh Rahwana. Rahwana pun dikalahkan dan gugur, namun sukmanya tetap tinggal. Rama yang berhasil menjemput Sinta, tidak mempercayai kesucian Sinta dan memberikan perintah untuk membakar Sinta. Sinta tetap utuh setelah dibakar, pertanda ia masih suci. Namun, Rama mengasingkannya di hutan Dandaka. Saat itulah Sinta bertemu kembali dengan sukma Rahwana.

Dalam bukunya, “Rahwana Putih sang Kegelapan Pemeran Keagungan Cinta”, Sri Teddy Rusdy berhasil membalik paradigma bahwa Rahwana adalah raksasa yang diidentikkan dengan sifat tamak dan biang pertumpahan darah, menjadi sosok kesatria yang memperjuangkan harga diri keluarga dan negerinya, Alengka. Cerita Rahwana Putih menjelaskan tentang Keagungan Cinta, bagaimana Rahwana memperjuangkan cintanya terhadap Sinta. Salah satu monolog Rahwana di dalam pementasan yang menggambarkan cinta Rahwana kepada Sinta: “Tuhan, jika cintaku kepada Sinta terlarang, kenapa Kau bangun begitu megah rasa itu di hatiku?”

Antusiasme penonton sangat tinggi terhadap pertunjukan ini, terlihat dari penuhnya Auditorium Gedung IX FIB UI. Penonton yang tidak dapat masuk ke dalam auditorium menyaksikan pertunjukan dari selasar auditorium melalui layar tambahan. Pertunjukan ini diakhiri dengan penyerahan bunga dari Dekan FIB UI kepada Sudjiwo Tejo dan Ibu Dr. Sri Teddy Rusdy, S.H., M. Hum. dan diakhiri dengan foto bersama.

 

Related Posts