Laboratorium Riset Bahasa Isyarat FIB UI Selenggarakan Festival Bahasa Isyarat Pertama

Laboratorium Riset Bahasa Isyarat (LRBI) Departemen Linguistik Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) menyelenggarakan Festival Bahasa Isyarat pada Kamis, 6 Desember 2018, pukul 09.00—15.00 WIB di Auditorium Gedung IX FIB UI, Kampus UI Depok dengan mengusung tema “Bahasa Isyarat Merakyat”. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari acara Dies Natalis ke-78 FIB UI tahun 2018. Wakil Dekan bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan, Manneke Budiman, Ph.D. menyampaikan sambutannya sekaligus membuka acara.

 Laboratorium Riset Bahasa Isyarat (LRBI) Departemen Linguistik Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) merupakan sebuah unit penelitian dan pengembangan bahasa isyarat Indonesia yang berdiri sejak tahun 2014. Sebagai bentuk diseminasi dan penguatan gaung bahasa isyarat pada sivitas akademika, pemangku kepentingan, dan masyarakat umum, LRBI FIB UI menyelenggarakan Festival Bahasa Isyarat 2018. Festival Bahasa Isyarat bertujuan untuk menyosialisasikan dan mengapresiasi pegiat bahasa isyarat yang memperjuangkan bahasa isyarat Indonesia dalam segala bidang, baik dari segi akademis maupun praktik kebahasaan. Selain itu, kegiatan ini juga berfungsi sebagai diseminasi hasil kerja LRBI selama 5 tahun sejak didirikannya. Pada tahun ini, LRBI FIB UI telah bekerja sama dengan FIB UI dalam pembuatan video induksi keselamatan dalam versi bahasa isyarat,yang telah ditayangkan untuk pertama kalinya di pembukaan Festival Bahasa Isyarat.

Festival Bahasa Isyarat terdiri atas 4 acara inti. Pertama adalah orasi ilmiah oleh Dr. F.X. Rahyono, yang merupakan ketua Departemen Linguistik FIB UI. Sementara itu, Galuh Sukmara Soejanto, M.A., yang merupakan pendiri sekolah bilingual The Little Hijabi di Bekasi, Jawa Barat, menjadi orator tuli.

Acara kedua adalah gelar wicara yang akan dipresentasikan oleh para pegiat bahasa isyarat yang memperjuangkan bahasa isyarat Indonesia dalam segala bidang seperti kesehatan, kesenian, pendidikan, dan bisnis. Para tokoh yang mengisi acara tersebut adalah drg. Mohammad Hamzah Carlo Ortega, yang berprofesi sebagai dokter gigi yang dapat berbahasa isyarat guna melayani pasien tuli. Tokoh kedua adalah Gustian Hafidh Mahendra, yang merupakan pilot Deaf Art Community (DAC) Yogyakarta yang membidangi kesenian. Tokoh ketiga adalah Barbara Wijayanti, yang berprofesi sebagai guru tuli di salah satu sekolah luar biasa di Jakarta. Tokoh terakhir adalah, Erwinsyah, yang berprofesi sebagai salah satu pemilik bisnis Kopi Tuli (Koptul).

Acara selanjutnya adalah pertunjukan drama, puisi, dan lagu yang akan diperagakan melalui bahasa isyarat oleh Deaf Art Community (DAC) Yogyakarta, PopJoy Sign, dan Teater7 dari Jakarta. Selain ketiga kelompok pertunjukan tersebut, terdapat pertunjukan yang dilakukan oleh mahasiswa dengar yang sedang mengambil mata kuliah Kemahiran Bahasa Isyarat di FIB UI. Tidak ketinggalan, diselenggarakan bazar yang diisi oleh komunitas dan organisasi yang bergerak di ranah tuli dan bahasa isyarat. Mereka akan menunjukkan dan menjual hasil produk mereka.

Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) merupakan alat komunikasi sebagian besar warga Tuli Indonesia untuk memperoleh informasi yang bermanfaat bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya. Bisindo merupakan bahasa isyarat alamiah yang berkembang dalam masyarakat Tuli Indonesia. Bisindo berperan untuk menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi, serta mengatasi keterbatasan dalam mempertahankan dan memfasilitasi keberadaan hidup masyarakat Tuli Indonesia. Pembinaan dan pengembangan Bisindo sangat penting dan strategis dalam rangka pencerdasan orang Tuli.

Meskipun mempunyai peran yang sangat penting untuk orang Tuli, Bisindo masih sering disalahpahami oleh sebagian besar masyarakat, termasuk oleh orang Tuli sendiri. Masih banyak orang yang berpandangan bahwa Bisindo bukan bahasa, hanya merupakan isyarat, sehingga Bisindo tidak perlu dikembangkan dan dikuasai oleh orang Tuli; yang perlu dikuasai orang Tuli Indonesia adalah bahasa Indonesia. Padahal, Bisindo merupakan bahasa yang dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran, serta memiliki fungsi yang sama dengan bahasa lisan. Penyadaran akan peran bahasa isyarat sebagai bahasa yang dapat menyetarakan dan mencerdaskan masyarakat Tuli perlu dibangun dan dibiasakan pada masyarakat umum. Oleh karena itu, keberadaan dan peran penting bahasa isyarat perlu digaungkan oleh berbagai pihak, termasuk pihak akademisi, yang melalui penelitiannya dapat mendukung penyebaran bahasa isyarat.

 

 

Related Posts