Mahasiswa Magister Departemen Arkeologi FIB UI Melakukan Kuliah Kerja Lapangan ke Kamboja

Pada tanggal 14-18 Januari 2018, 13 mahasiswa Magister angkatan 2016 dan 6 staf pengajar Program Studi Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI melakukan Kunjungan Studi di Siem Reap dan Phnom Penh, Kamboja. Kegiatan yang didukung oleh Ministry of Fine Arts and Culture, Kingdom of Cambodia dalam hal ini diwakili oleh Heng Kamsan, Director of Department of Antiquities. KKL ini dilakukan dalam rangka upaya pengembangan pengetahuan mahasiswa secara komperehensif dalam bidang cultural resource management, arkeologi, dan kajian museum. Kamboja dipilih sebagai destinasi kegiatan karena kedekatan hubungan historis antara negara ini dan Indonesia. Hal ini masih bisa dilihat dari peninggalan arkeologis Kamboja, terutama tempat-tempat ibadah yang bercorak agama Hindu dan Buddha.

Para peserta kegiatan mengunjungi beberapa situs arkeologis dan museum penting di negara Kamboja tersebut, antara lain: Situs Warisan Dunia Angkor, Museum Nasional Angkor, Museum Nasional Kamboja (diterima oleh Kepala Museum Kong Vireak dan diberi penjelasan oleh staf ahli Seang Sokha), Museum Genosida Tuol Sleng (diterima dan diberi penjelasan mengenai museum oleh Hang Nisay) dan Situs Genosida Choeung Euk. Selain itu, para peserta juga mengunjungi kantor lembaga penelitian “The EFEO Center” dan diterima oleh Eric Bourdonneau, Kepala EFEO Kamboja, dan lembaga pengelola situs “APSARA National Authority”. Setelah mengikuti kegiatan ini, para peserta bisa membandingkan pengelolaan sumber daya arkeologis, baik di situs maupun di museum, yang ada di Kamboja dan di Indonesia. Menurut dosen senior Arkeologi UI, Dr. Wiwin D. Ramelan, kegiatan ini “membuka wawasan kita bahwa banyak permasalahan manajemen (pengelolaan sumber daya arkeologi) yang tidak kita peroleh dari pustaka yang kita baca”. Selain itu, masih menurut Dr. Wiwin, hasil kunjungan ini dapat menjadi “bahan pembanding bagaimana kita mengelola warisan budaya dunia.” Beliau berharap agar kunjungan studi ke luar negeri ini bisa dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang, “seyogyanya praktik lapangan seperti ini dapat diformalkan menjadi mata kuliah kerja lapangan.

Related Posts