id
id

Promosi Doktor Ilmu Susastra I Made Suparta

IMG_8781

Program Studi Ilmu Susastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Senin (25/07/2016) kembali meluluskan seorang Doktor yaitu I Made Suparta dengan disertasi berjudul “Teks Putru Kalepasan Merapi-Merbabu: Kajian Filologis dan Konsep Eskatologis Jawa Kuno Abad ke-16”. Sidang terbuka dilaksanakan di R. 4101, dipimpin oleh Prof. Dr. Riris Sarumpaet, dan dihadiri oleh Prof. Dr. Titik Pudjiastuti (promotor), Prof. Dr. Agus Aris Munandar (kopromotor), dan para penguji di antaranya Dr. M. Yoesoef, M. Hum (ketua tim), Prof. Dr. Achadiati, Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M. Hum., dan Dr. V. Irmayanti Meliono. Atas keberhasilan mempertahankan disertasinya, I Made Suparta mendapatkan predikat sangat memuaskan.

Disertasi promovendus mengkaji teks Putru Kalepasan (PK) yang merupakan salah satu genre sastra-tutur, khususnya tutur-eskatologis. PK merupakan teks sakral yang digunakan sebagai tuntunan praktis dalam tata upacara penyucian dan pemujaan roh leluhur yang disebut ritual Sraddha pada masa Jawa Kuna. Di Bali hingga kini teks ini masih dibacakan dalam tradisi mamutru sebagai bagian integral dari ritual kematian yang meliputi upacara atiwa-tiwa, mamukur, dan maligya. Istilah putru tersebut kiranya diderivasikan dari kata Sanskerta, yakni pitrhu yang berarti ‘invoking the Pitris‘.

IMG_8733

Di antara keenam teks Jawa Kuno yang digunakan, empat naskah berupa lontar (Borassus flabellifer), yang ditulis dengan aksara Buda sebagai varian huruf Kawi, dan dua buah naskah kertas beraksara Jawa Baru. Kajian kritik teks (textual criticism) dengan metode stemma dari Karl Lachmann (1850), telah berhasil mengungkapkan pertalian-turunan antarnaskah yang secara hipotetis dirumuskan dalam sebuah diagram stemmatik (stemma codicum). Metode edisi teks yang ditempuh adalah edisi diplomatik secara paralel (parallel diplomatic edition) dan edisi kritik. Untuk memahami kandungan isinya, terbitan ini juga dilengkapi terjemahan dalam bahasa Indonesia.

IMG_8773

Kajian eskatologis, khususnya dari sudut personal eschatology (kalepasan) juga menghasilkan temuan cukup signifikan. Pertama, teks PK Merapi-Merbabu ini merupakan teks pertama yang ditemukan dalam khazanah naskah Jawa yang secara rinci menerangkan tata upacara sesaji dari masa Jawa Kuna untuk keperluan ritual Sraddha. Kedua, konsep kalepasan yang dipahami sebagai “pembebasan roh” dari noda dasamala pada ritual hambukur menjadi sine quanon dalam penahbisan pitara menjadi Dewa Pitara (roh leluhur yang “menjadi dewa”). Ketiga, penggubah teks PK Merapi-Merbabu menampilkan pemikiran eskatologis dengan berpusat pada kosmologi Jawa, yakni mendudukkan Bhatara Guru sebagai dewa tertinggi di Windupepet, kahyangan tertinggi dari 29 swarga, namun keterikatannya dengan eskatologi Sanskerta yang berpangkal pada konsep Saptaloka dan mite gunung Mahameru jelas tak mungkin disangkal. Keempat, pemahaman makna dari segi intertekstual membuktikan adanya pertalian yang signifikan dengan beberapa teks Jawa Kuna, seperti Prasasti Kaladi, Brahmandapurana, Kunjarakarna, Korawasrama, bahkan Manawa Dharmasastra. Pertalian tersebut menggambarkan adanya kesinambungan pemikiran keagamaan dari masa Jawa Kuna (abad 9-15) yang diwariskan sebagai teks kosmo-eskatologis dalam tradisi sastra-Ajar di gunung Merapi-Merbabu pada abad ke-16.

Related Posts