Diskusi: “Menjelang 120 Tahun Tan Malaka: Merajut Kenangan Jalan Sunyi Sang Pejuang Republik”


Pembicara dalam diskusi “Menjelang 120 Tahun Tan Malaka: Merajut Kenangan Jalan Sunyi Sang Pejuang Republik”

Dalam rangka menjelang peringatan 120 tahun Tan Malaka, Lembaga Kajian Indonesia (LKI) FIB UI pada hari Senin, 16 Mei 2016 pukul 13.00—16.00 WIB, bertempat di Auditorium Gedung IX FIB UI, Kampus UI Depok, mengadakan sebuah diskusi yang bertajuk “Menjelang 120 Tahun Tan Malaka: Merajut Kenangan Jalan Sunyi Sang Pejuang Republik”. Diskusi ini bersifat terbuka, peserta yang hadir dapat menyampaikan pendapat dan bertukar pikiran mengenai sosok Tan Malaka. Kegiatan ini bertujuan untuk mengingatkan kembali semangat juang Tan Malaka kala itu dalam merebut kemerdekaan Indonesia, serta sebagai sebuah refleksi bagaimana generasi muda memaknai perjuangan tersebut dalam mengisi kemerdekaan di masa modern ini, dengan menghadirkan Agus Setiawan (Sejarawan FIB UI), Zulfikar (Keluarga Tan Malaka), Zulhasril Nasir (Pengajar FISIP UI), Harry A. Poeze (Peneliti Tan Malaka), dan dipandu oleh L. G. Saraswati Putri (Pengajar FIB UI).

Suasana diskusi “Menjelang 120 Tahun Tan Malaka: Merajut Kenangan Jalan Sunyi Sang Pejuang Republik”

Tan Malaka lahir di Nagari Pandan Gadang, Sumatera Barat pada tanggal 2 Juni 1897. Ia merupakan seorang tokoh pejuang kemerdekaan dan pemikir besar Indonesia, yang gagasan-gagasannya menjadi api bagi para tokoh pemuda-termasuk Soekarno-dalam memperjuangkan kemerdekaan. Pemikirannya mengenai konsep Negara Republik Indonesia tertuang dalam bukunya yang berjudul “Naar de Republiek Indonesia” terbit tahun 1925. Ide-ide dalam buku tersebut yang kemudian digunakan oleh para pendiri bangsa sebagai fondasi dalam merumuskan Republik Indonesia. Perjuangan Tan Malaka tidak hanya dalam bidang politik, tetapi juga pendidikan dan ekonomi. Ia pun mendirikan sekolah-sekolah untuk mencerdaskan dan mensejahterakan rakyat Indonesia serta memperjuangkan hak-hak kaum buruh dan para pekerja romusha agar mendapatkan kehidupan yang layak dan manusiawi.
Hingga pada akhir hayatnya, Tan Malaka tetap berada dalam kesunyian. Ia ‘hilang’ pada Februari 1949 di Gunung Willis, Kediri, dan jejaknya terlupakan oleh generasi yang saat ini tengah menikmati kemerdekaan yang kala itu ia perjuangkan. Dengan demikian, adanya diskusi ini sebagai suatu ajang untuk memperkenalkan kembali dan mengenang jasa Tan Malaka sebagai tokoh pejuang Indonesia kepada para generasi muda Indonesia saat ini.

Sesi Foto Bersama

Related Posts