Untuk pertama kalinya, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) bekerja sama dengan Goethe Institut dalam sebuah proyek film dokumenter yang cukup besar dan meliputi beberapa lokasi menarik di Indonesia.
Bertema “5 Islands, 5 Villages”, Goethe Institut menghadirkan 5 lulusan muda jurusan film dari Hochschule für bildende Künste Hamburg (HFBK) atau University of Fine Arts Hamburg untuk membuat film dokumenter di Indonesia, bekerjasama dengan 5 mahasiswa dan alumnus pascasarjana FIB UI.
Sebelum keberangkatan, para sutradara Jerman dan peneliti Indonesia memberikan presentasi tentang diri dan karya mereka masing-masing do Goethe Haus, Jakarta
Kelima alumnus HFBK Jerman tersebut adalah Sam, Marko Mijatovic, Anna Walkstein, Yannick Kaftan dan Max Saenger, dibimbing oleh sutradara ternama Jerman Pepe Danquart dan Bernd Schoch, yang juga merupakan profesor dan dosen di Departemen Film HFBK. Adapun mahasiswa dan alumnus FIB UI yang mendampingi dan membantu proses pembuatan film ini adalah Mariana Lewier, Efrem Zuba, Irianto Ibrahim, Rudi S. Tawari dan Floribertha Lake. Mengangkat subtema “Time and Remoteness”, mereka menyebar ke 5 lokasi terpencil di Indonesia yang terletak di Wakatobi, Halmahera Utara, Tanimbar, Sumba dan Pulau Roti untuk mengamati dan merekam ritual dan tradisi berusia ratusan tahun yang ada di masyarakat selama 15 hari dari tanggal 29 Februari hingga 15 Maret 2016. Seperti yang diungkapkan oleh para sutradara Jerman tersebut, mereka tertarik untuk mengetahui bagaimana isolasi dari dunia luar berkontribusi bagi keabadian suatu ritual dan tradisi masyarakat lokal di Indonesia.
Seusai presentasi dan persiapan sebelum keberangkatan, tim Goethe dan FIB UI mendiskusikan rencana eksekusi lapangan bersama-sama
Perjalanan ke Indonesia ini sangat menantang bagi para sutradara muda dari Jerman tersebut karena bagi beberapa di antara mereka, ini merupakan pengalaman pertama keluar dari benua Eropa. Persiapan yang matang untuk medan yang cukup berat pun mereka kordinasikan dengan para fasilitator dari Indonesia sejak awal tahun sebelum kedatangan mereka ke Indonesia. Mereka juga telah melakukan telaah pustaka dan internet dan pemilihan fokus film semenjak masih di Jerman.
Salah satu sutradara asal Jerman, Yannick, mempresentasikan minat dan fokus filmnya
Selama bertualang di titik-titik terindah di Indonesia ini, selain membantu proses jalinan komunikasi antara mereka dan warga lokal, para fasilitator dari FIB UI yang masing-masing memiliki pengalaman riset di daerah-daerah tersebut selama kuliah di UI juga bertugas untuk memberikan penjelasan mengenai profil pulau beserta warisan budayanya. Seperti yang dikatakan Pepe dan Bernd, pemahaman budaya dalam proses pembuatan film ini penting untuk menciptakan makna dan esensi pada cerita-cerita yang akan diangkat dalam film.
Para mahasiswa dan alumnus FIB UI yang berpartisipasi dalam proyek film ini: (kiri-kanan) Rudi, Efrem, Floribertha, Mariana dan Irianto
Saat ini, kesepuluh sutradara dan peniliti tersebut telah berhasil pulang dari daerah tujuan masing-masing dan tim Jerman langsung kembali ke Hamburg untuk merampungkan proses editing dan pasca-produksi. Diharapkan hasil akhir film ini akan dirilis dalam bentuk DVD dan dapat ditampilkan dalam ajang festival film internasional di berbagai tempat.
Suasana dan proses syuting di Halmahera Utara