id
id

Seminar Nasional Sinologi China Dream (中国梦): Konfusius dan Tiongkok Sekarang

Bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, Selasa 10 November 2015, Program Studi Cina Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (FIB UI), bekerjasama dengan Confucius Institute (孔子学院) menggelar Seminar Nasional Sinologi (SEMISINO) dengan tema China Dream (中国梦): Konfusius dan Tiongkok Sekarang. Acara SEMISINO dibuka secara resmi oleh Rektor UI Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met., dan dihadiri oleh Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) yang sekaligus merupakan Ketua Confusius Institute Indonesia, Prof. Dr. Sardy Sar, M.Eng., Dekan FIB UI, Dr. Adrianus L.G. Waworuntu, M.A., dan para narasumber utama yaitu Prof. Dr. Chen Lai dari Tsing Hua University, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro Jakti, Dr. (HC) Mochtar Riady, dan Iwan Fridolin, M.Hum.

SEMISINO merupakan forum pertemuan dan diskusi bagi para peneliti dan pemerhati studi tentang Tiongkok untuk mendiskusikan konsep China Dream (中国梦) yang disuarakan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada tahun 2013. China Dream sesungguhnya bukan konsep baru dalam sejarah Tiongkok. Karena tercatat telah didengungkan sejak era Mao Zedong, Deng Xiaoping, Jiang Zemin, hingga Hu Jintao yang kemudian digantikan oleh Xi Jinping. China Dream dipandang sebagai bentuk cita-cita masa depan Tiongkok, yaitu “Peremajaan bangsa, perbaikan taraf hidup rakyat, kemakmuran, pembangunan masyarakat yang lebih baik dan ketangguhan militer.” Untuk merealisasikan konsep China Dream, Xi Jinping membaginya dalam 3 komponen pokok, yaitu makmur, kuat, dan beradab. Komponen pertama, kemakmuran ekonomi, tampaknya mendekati terwujud. Hal itu terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi rata-rata 10% selama dua dekade terakhir, dengan meningkatnya cadangan devisa yang menjadikan ekonomi Tiongkok saat ini sebagai yang terbesar ke dua di dunia. Kemajuan ekonomi dan kemakmuran yang diraih Tiongkok saat ini memungkinkan terwujudnya komponen kedua, yaitu kuat. Hal tersebut terlihat dari ditingkatkannya anggaran pertahanan negara dan dijalankannya program modernisasi peralatan militer, yang dijadwalkan selesai pada 2049.

Namun demikian, para pemerhati studi tentang Tiongkok memandang bahwa yang menjadi persoalan dalam China Dream adalah bagaimana mewujudkan komponen ketiga, yaitu keberadaban. Pengejaran kekayaan dan kemakmuran bisa menimbulkan keserakahan, dan ketangguhan militer bisa mendorong kecenderungan ekspansif dan agresif. Untuk mencegahnya diperlukan basis etika dengan menelusuri teks-teks klasik yang memuat prinsip ajaran Konfusius. Dalam acara inilah, para narasumber menyampaikan hasil analisis mereka tentang prinsip dan nilai-nilai ajaran luhur Konfusius yang sangat relevan dikaitkan dengan pembahasan kondisi Tiongkok saat ini-yang secara nyata telah berkembang menjadi sebuah kekuatan baru di wilayah Asia-baik dari perspektif budaya maupun dalam perspektif politik dan ekonomi.

IMG_5591IMG_5604IMG_5610IMG_5651IMG_5648IMG_5661IMG_5693IMG_5710IMG_5739IMG_5766IMG_5772IMG_5799

Related Posts