Sebagai salah satu negara yang dikaruniai keragaman budaya, adat-istiadat, dan kekayaan peninggalan masa silam, rakyat Indonesia patut berbesar hati. Dari ujung barat di Sumatra sampai wilayah paling timur di Papua, selalu ada cerita indah yang dapat digali dari bumi Nusantara.
Walau demikian, kerap didapati bahwa sebagian besar orang hanya mengenal dan mengetahui obyek wisata budaya yang itu-itu saja. Mereka mungkin hanya mengenal Masjid Agung Banten, Candi Borobudur dan Prambanan, atau Situs Trowulan di Jawa Timur.
Tentu saja ketidaktahuan/kekurangtahuan mayoritas masyarakat terhadap potensi pariwisata budaya yang belum terekspos bukan sepenuhnya kesalahan mereka. Banyak juga pengelola maupun penduduk yang berada di sekitar obyek wisata yang kesulitan mempromosikan potensi yang mereka miliki. Bisa karena kurang mengetahui cara menyebarluaskan informasi, kesulitan dalam berpromosi, maupun kendala-kendala lainnya.
Saat ini masyarakat semakin terbantu dengan kemajuan teknologi. Internet sebagai salah satu produk kemajuan teknologi, kini begitu akrab dengan kehidupan sehari-hari kita. Jika digunakan dengan bijak dan tepat, internet dapat memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi, berbisnis, belajar, dan berbagi pengetahuan.
Salah satu pihak yang kini berupaya menggunakan internet untuk memperkenalkan lebih jauh mengenai potensi budaya yang mereka miliki adalah masyarakat yang berada di Kawasan Percandian Muarajambi (KPM), Provinsi Jambi. Sejak 2002, mereka telah dilibatkan dalam pelestarian dan pengelolaan KPM. Peran mereka menjadi sangat penting karena sebagian besar tinggalan budaya yang ada status kepemilikannya masih milik masyarakat, maka kegiatan pelestarian dan pengelolaannya harus juga memberi manfaat kepada masyarakat.
Kawasan Percandian Muarajambi (KPM) merupakan tinggalan arkeologi dari Kerajaan Melayu Kuno dan Sriwijaya yang pernah menjadi pusat pendidikan agama Buddha terbesar di Asia setelah India. Dengan nilai arkeologis dan sejarahnya yang sangat tinggi serta bersifat universal, kawasan ini sedang diajukan untuk masuk dalam draft nominasi daftar World Heritage (UNESCO). Bukan hanya itu, kawasan ini pun memiliki potensi sumber daya alam dan budaya yang sangat mendukung keunikan daerah tersebut.
Dalam rangka kegiatan Community Engagement Grants 2014 yang didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, membuat suatau kegiatan pengabdian masyarakat dengan memperkenalkan teknologi aplikasi WebGIS (Geographic Information System) dikombinasikan dengan konsep storytelling map. Tim pengabdi kegiatan ini terdiri dari gabungan ilmu arkeologi, teknik informatika dan sistem informasi geografi. Ketua tim, Dian Sulistyowati, M.Hum dibantu dengan Ghilman Assilmi S.Hum. dan Chaidir Ashari, S.Hum (Departemen Arkeologi FIB UI) berperan sebagai penyedia informasi mengenai tinggalan arkeologi yang ada di KPM, serta sarana prasarana yang ada di dalamnya sebagai bagian dari pengelolaan kawasan. Rizky Fardhyan,M.Si, melalui ilmu geografi bertugas untuk mengolah sistem informasi geografi sehingga menghasilkan informasi keruangan di KPM. Kemudian Ari Nugraha, M.TI (Program Studi Ilmu Perpustakaan) berperan untuk merancang dan menghasilkan produk pangkalan data online untuk mendukung pembuatan storytelling map.
Gambar 2. Tampilan antarmuka (interface) website pangkalan data potensi pariwisata
WebGIS adalah aplikasi informasi keruangan yang terintegrasi dengan informasi non-keruangan berbasis teknologi internet, yang dapat dirancang sesuai dengan konsep yang ingin dikembangkan oleh si pengguna untuk mengoptimalkan apa yang ingin disampaikan melalui peta dijital. Sedangkan storytelling map adalah produk dari sistem informasi geografi yang bertujuan bukan hanya memberi informasi, namun juga edukasi dan hiburan bagi penggunanya. Kombinasi antara WebGIS dengan storytelling map menyajikan kelebihan bagi si pengguna yakni penyajian informasi yang lebih mudah dipahami, karena bantuan penggunaan bantuan visual (grafik, foto, legenda, dan lain-lain).
Gambar 3. Kegiatan Survey Perekaman Data Potensi Desa
Sejak Maret sampai November 2014, tim Pengmas UI yang bermitra dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi dan Yayasan Padmasana, telah bekerja sama dengan masyarakat di sekitar KPM untuk membuat peta dijital dalam format storytelling map. Berbagai hambatan tentu ditemui seperti tidak semua desa di KPM memiliki tinggalan arkeologi dan potensi pendukung kegiatan pariwisata, kendala teknis seperti kebakaran hutan yang terjadi pada September dan Oktober, maupun infrastuktur internet di KPM yang masih kurang baik.
Gambar 4. Tampilan antar muka pangkalan data webgis situs Kawasan Percandian Muarojambi
Meski terdapat berbagai kendala di atas, hasil yang dicapai dari program storytelling map ini memperlihatkan dampak yang cukup baik. Tujuan utama yakni dibuat dan diaplikasikannya peta dijital dalam format storytelling map telah tercapai, sehingga informasi yang lebih mendetail mengenai KPM lebih mudah diakses secara nasional maupun global.