Diskusi Buku “Epistemologi Ki Ageng Suryomentaram” karya Sri Teddy Rusdy, M.Hum

Lembaga Kajian Indonesia (LKI) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Senin (3/11/2014) bertempat di Auditorium 1103, menggelar acara Diskusi Buku berjudul “Epistemologi Ki Ageng Suryomentaram” yang merupakan hasil tulisan Sri Teddy Rusdy, M,Hum. (Ketua Yayasan Kertagama dan Ketua Sekretariat Nasional Wayang Indonesia-Senawangi dan Pepadi DKI Jakarta). Acara dibuka secara resmi oleh Dekan FIB UI Dr. Adrianus L.G. Waworuntu, M.A., dihadiri oleh Bpk. Try Sutrisno (Wakil Presiden RI Periode 1993-1998). Hadir sebagai pembicara di antaranya adalah Prof. Dr. Agus Aris Munandar (Guru Besar Arkeologi FIB UI), Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), dan Dr. Margaretha Kushendrawati (Pengajar Filsafat FIB UI), dan dipimpin oleh moderator Dr. Lilie Suratminto (Pengajar Linguistik FIB UI). Hadir sebagai bintang tamu adalah seniman-budayawan Nasional, Sujiwo Tejo.

Buku ini sebenarnya telah lama ditulis oleh Sri Teddy Rusdy, lebih kurang sejak 15 tahun yang lalu, di tengah kesibukannya sebagai Pemimpin Redaksi Majalah MATRA. Penulis memandang Ki Ageng Suryomentaram merupakan salah satu pemikir besar Indonesia yang layak disandingkan dengan tokoh-tokoh filsuf Barat seperti Socrates, Rene Descartes, John Locke, J.P. Sartre. Nama Ki Ageng Suryomentaram mungkin masih terasa asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Penelitian dan kajian yang membahas mengenai pemikiran-pemikirannya pun masih tergolong sedikit. Filsafat Nusantara adalah bagian dari pembahasan sekaligus rintisan yang sedang diusahakan menjadi alternatif juga pembanding dari pengkajian filsafat yang melulu berorientasi kepada tokoh-tokoh filsuf Barat. Ki Ageng Suryomentaram, yang sejatinya adalah putra Sri Sultan Hamengku Buwono VII, mengalami kegelisahan batin dalam kehidupannya di keraton. Hal itu kerap mengganggu pikirannya hingga ia keluar dari keraton dan mengembara ditengah masyarakat jelata. Dari situlah Ki Ageng Suryomentaram menemukan pencerahan berfikir.

Hasil perenungan panjang selama 40 tahun berujung pada penemuannya mengenai konsep kawruh begja. Ki Ageng Suryomentaram berpendapat bahwa manusia yang bahagia adalah manusia yang dapat “menjajaki dirinya sendiri”, melihat orang lain sebagai dirinya sendiri yang tidak bergantung pada tempat, waktu, dan keadaan. Dengan memahami konsep ini manusia akan dapat lebih menghayati hidup dengan penuh kesabaran dan penuh keberanian dalam menghadapi segala permasalahan dunia, saiki, ing kene, ngene!

Buah-buah pemikiran dari Ki Ageng Suryomentaram mengenai hakikat manusia ini dirangkum oleh Sri Teddy Rusdy, S.H., M.Hum., dalam buku yang berjudul Epistemologi Ki Ageng Suryomentaram, Tandhesan Kawruh Bab Kawruh. Buku ini mengupas konsep-konsep pemikiran Ki Ageng Suryomentaram dari perspektif epistemologi dalam kajian filsafat ilmu. Buku ini akan menjadi santapan diskusi yang menarik dalam rangka memperkaya khazanah kajian filsafat, khususnya filsafat Jawa, di Indonesia.

Related Posts