Masa lalu sering dianggap sebagai sesuatu yang usang dan tidak terlalu penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu, keberadaan masa lalu yang terwujud dalam bentuk benda maupun bangunan menjadi sesuatu yang sering diabaikan. Namun demikian, akhir-akhir ini keingintahuan masyarakat Indonesia terhadap objek-objek yang berkaitan dengan masa lalu di berbagai sumber daya arkeologi memperlihatkan kecenderungan peningkatan. Trend tersebut diidentifikasi sebagai adanya kebutuhan dan keinginan yang terus meningkat dalam “pencarian yang terkini tentang sejarah” (Goulding, C. 1999. Contemporary museum culture and consumer behavior. Journal of Marketing Management, Vol.15 No.7, 647-71).
Fenomena peningkatan kebutuhan dan keinginan tersebut mengindikasikan bahwa sebagian masyarakat Indonesia berupaya untuk mencari informasi budaya terkini mengenai sejarah masa lalu, baik dari museum maupun situs-situs cagar budaya. Sayangnya, hal tersebut ternyata belum dibarengi dengan usaha-usaha untuk memberikan informasi secara menarik. Museum masih dianggap sekedar sebagai tempat penyimpanan benda-benda kuno, tidak mempunyai dinamika, terasing tak terkoneksi dengan masyarakat dan gaya hidup kekinian. Panil-panil informasi yang sering kita jumpai di sebagian besar museum dan situs-situs cagar budaya hanya sebatas mendeskripsikan benda/struktur/bangunan/situs cagar budaya apa adanya, belum mampu memotivasi pikiran pengunjung untuk menghubungkannya dengan era kekinian.
Inilah yang secara komprehensif diteliti oleh Dr. Agi Ginanjar dan dituangkan dalam disertasinya berjudul “Komunikasi Cagar Budaya pada Remaja: Studi Eksperimen.” Ia berhasil mempertahankan materi disertasinya dalam Sidang Promosi Program Doktor yang diselenggarakan pada Rabu (06/08/2014), di Auditorium Gedung IV, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Sidang yang diketuai oleh Dekan FIB UI Dr. Adrianus L.G. Waworuntu, M.A. dengan anggota yang terdiri dari Prof. Dr. Noerhadi Magetsari selaku Promotor, Harry Susianto, Ph.D sebagai Ko-Promotor, dan tim penguji di antaranya Prof. Dr. Agus Aris Munandar, Prof. Dr. Rusdi Muchtar, Dr. Wiwin Djuwita Ramelan, Dr. Supratikno Rahardjo, Dr. Kresno Yulianto, dan Dr. Heriyanti Ongkodharma, menyatakan Dr. Agi Ginanjar berhasil meraih Yudisium Sangat Memuaskan.
Dalam disertasinya, Dr. Agi Ginanjar yang merupakan salah satu staf pengajar Departemen Arkeologi FIB UI membahas komunikasi cagar budaya pada remaja, khususnya informasi cagar budaya yang disajikan dalam narasi underdog (narasi yang bercerita tentang keinginan, semangat dan tekad untuk berhasil dari satu situasi dan kondisi yang kurang menguntungkan atau kekurangan sumber daya), topdog (narasi yang bercerita tentang upaya untuk mendapatkan lebih banyak kekuasaan dan keberhasilan dengan mengandalkan sesuatu yang telah dicapai dan situasi instimewa dan pengguanaan pengaruh yang kuat dan sumber daya yang besar), dan faktual di kawasan Trowulan. Tujuan dari penelitiannya adalah membuktikan pengaruh informasi cagar budaya peninggalan Majapahit dalam bentuk narasi tersebut pada sikap intensi berkunjung, dan kebanggaan publik. Penelitian ini menggunakan disain eksperimen 3×2 beetwen partisipan. Temuan dari penelitian ini membuktikan bahwa pengaruh informasi cagar budaya dalam bentuk narasi topdog secara langsung meningkatkan sikap dan intensi berkunjung partisipan pada peninggalan Majapahit di Trowulan. Selain itu, informasi cagar budaya dalam bentuk narasi topdog juga meningkatkan kebanggaan partisipan terhadap Indonesia.
Dengan keberhasilannya ini, Dr. Agi Ginanjar menjadi Doktor ke-13 FIB UI dan merupakan Doktor yang ke-3 bidang studi arkeologi yang lulus pada tahun 2014 ini.